HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ekonom CELIOS, Bhima Yudhistira menilai bahwa Erick Thohir gagal dalam mengemban tugasnya sebagai Menteri BUMN selama lima tahu pemerintahan Joko Widodo-Maruf Amin belakangan ini.

Faktanya menurut Bhima, banyak perusahaan plat merah di bidang karya yang gulung tikar. Hal ini kata dia, sudah bisa menunjukkan bagaimana leadership dan kemampuan Erick dalam tata kelola lembaga negara tersebut.

“Dalam menyelesaikan masalah keuangan di BUMN yang terkait dengan infrastruktur. Total kerugian PT Waskita Karya misalnya yang tembus Rp2,15 triliun pada semester I 2024 diikuti oleh BUMN karya lain yang bleeding (berdarah) karena besarnya beban utang,” ungkap Bhima Yudhistira dalam keterangan pers, Sabtu (12/10).

Pemerintah, kata Bhima, kerap mengkampanyekan pembangunan infrastruktur sebagai suatu prestasi. Namun, menurutnya, fakta di lapangan yang ia temukan pun ternyata tidak demikian.

“Infrastruktur ini sering dijadikan sebagai capaian, tapi sebenarnya permasalahan infrastruktur salah satunya karena miss-management dari Menteri BUMN. Idealnya dilakukan perencanaan yang lebih matang, dan berani menunda proyek infrastruktur yang dipandang menjadi beban keuangan BUMN,” bebernya.

Kasus lain, sambung Bhima, adalah proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dimana kerugian BUMN karya juga melonjak signifikan.

“Jadi menteri BUMN ini seperti ‘Yes man’, sudah tau proyek dipaksakan tapi tidak berani untuk rem. Yang dikorbankan bukan hanya keuangan BUMN tapi APBN melalui risiko kontijensi,” tutur Bhima.

Mantan peneliti INDEF ini juga menyinggung strategi holding BUMN yang dilakukan Erick Thohir. Dalam pandangan Bhima, kebijakan adik taipan pemilik Adaro Energy, Boy Garibaldi Thohir tersebut sudah salah kaprah.

“Holding BUMN juga apa hasilnya? Industri semen terpuruk, ditengah maraknya pembangunan infrastruktur. Jadi ada disconnecting antara ramainya pembangunan dengan BUMN semen. Di holding farmasi kondisi tidak kalah buruknya,” tandas Bhima.

“Anak usaha holding farmasi Indofarma misalnya terjebak pinjol dan fraud,” sambungnya.

Melalui berbagai catatan dan argumentasinya itulah, Bhima Yudhistira berpendapat bahwa Erick Thohir tidak layak untuk kembali mendapatkan peran dalam kabinet pemerintahan Prabowo Subianto.

“Erick sepertinya tidak layak jadi Menteri di era Prabowo karena terlalu banyak PR yang ditinggalkan,” pungkasnya.