HOLOPIS.COM, JAKARTA – Mie instan telah menjadi makanan yang sangat populer di kalangan masyarakat, terutama karena kemudahan dan kecepatan dalam penyajiannya.
Dengan berbagai rasa yang ditawarkan, mie instan sering kali menjadi pilihan utama ketika rasa lapar datang, tetapi waktu untuk memasak terbatas.
Meski menawarkan kenyamanan dan rasa yang memikat, mengonsumsi mie instan secara berlebihan membawa sejumlah risiko kesehatan yang serius.
Salah satu alasan utama mengapa mie instan dianggap kurang baik untuk kesehatan adalah kandungan natrium (garam) yang sangat tinggi.
Dalam satu porsi mie instan, kandungan garamnya bisa mencapai lebih dari setengah dari asupan harian yang direkomendasikan.
Natrium memang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil untuk menjaga keseimbangan cairan dan fungsi saraf, tetapi terlalu banyak garam dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, terutama terkait dengan tekanan darah.
Konsumsi garam berlebih secara terus-menerus dapat meningkatkan tekanan darah, yang kemudian berpotensi memicu hipertensi, stroke, dan serangan jantung.
Berdasarkan penelitian dari American Heart Association, diet tinggi garam secara langsung terkait dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular.
Selain kandungan garam, mie instan juga mengandung sejumlah besar lemak jenuh dan minyak terhidrogenasi. Dalam proses pembuatan mie instan, mie digoreng agar dapat bertahan lama di rak penyimpanan, dan proses ini meningkatkan kadar lemak jenuh dalam produk.
Lemak jenuh dikenal dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh, yang menjadi salah satu faktor utama penyebab penyakit jantung.
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Nutrition menunjukkan, bahwa konsumsi lemak jenuh yang tinggi berkorelasi dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner dan stroke.