Advertisement
Categories: Ekobiz

Fenomena Doom Spending di Kalangan Gen Z dan Dampaknya

Advertisement

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Sobat Holopis, pernahkah kalian merasa stres dan langsung mencari pelarian dengan berbelanja? Fenomena ini sering disebut “doom spending” dan kini semakin sering terjadi di kalangan Gen Z.

Di tengah kecemasan, tekanan sosial, dan ketidakpastian masa depan, generasi muda ini cenderung mencari kenyamanan dengan cara konsumtif.

Tapi, apa sebenarnya doom spending itu, dan bagaimana dampaknya terhadap keuangan serta mentalitas mereka?

Apa Itu Doom Spending?

Doom spending adalah kebiasaan berbelanja sebagai respons terhadap stres atau kecemasan. Kondisi ini sering kali terjadi di saat-saat penuh ketidakpastian, seperti ketika pandemi, saat ekonomi sedang goyah, atau ketika seseorang menghadapi masalah pribadi yang berat.

Fenomena ini sebenarnya mirip dengan konsep “retail therapy,” di mana orang berbelanja untuk memperbaiki suasana hati.

Namun, doom spending lebih dipicu oleh kecemasan atau ketidakpastian yang berlebihan, misalnya akibat berita buruk atau ketakutan akan masa depan.

Menurut Psychology Today, aktivitas berbelanja bisa memicu pelepasan dopamin, hormon kebahagiaan, yang memberikan perasaan puas untuk sementara waktu.

Namun, sayangnya, kepuasan ini hanya bertahan sejenak. Setelahnya, sering kali muncul rasa penyesalan dan kecemasan baru, terutama ketika kondisi finansial mulai terasa tak terkendali.

Faktor Pemicu Doom Spending di Kalangan Gen Z

Ada beberapa alasan mengapa doom spending lebih sering terjadi di kalangan Gen Z. Salah satu faktor utamanya adalah tekanan dari media sosial.

Gen Z yang tumbuh di tengah kemajuan era digital, di mana media sosial menjadi elemen penting dalam membentuk gaya hidup dan persepsi mereka.

Mereka terus-menerus terpapar gaya hidup glamor yang tampak tak terjangkau, berbagai promosi barang mewah, dan tren fesyen terbaru. Semua ini mendorong mereka untuk berbelanja agar tetap terlihat relevan.

Harvard Business Review menyoroti bahwa fenomena ini memicu “fear of missing out” (FOMO), perasaan takut ketinggalan tren yang sering kali mendorong perilaku konsumtif.

Page: 1 2

Share
Published by
Khoirudin Ainun Najib

Recent Posts

RESEP : Kue Dorayaki, Serasa Cosplay Jadi Doraemon

Siapa yang tak kenal dengan Doraemon, robot kucing lucu dari masa depan yang selalu membantu…

32 menit ago

Haidar Alwi Sebut Vonis Ringan Harvey Moeis Cerminan Lemahnya Sinergitas Kejagung-MA

Pendiri Haidar Alwi Institute (HAI), R Haidar Alwi menyoroti vonis yang dijatuhkan oleh majelis hakim…

52 menit ago

Prabowo Ingatkan Koruptor Tak Akan Rela Pemerintah Berbenah Diri

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan, bahwa dirinya bertekad untuk menjadi pemimpin pemerintahan yang bersih. Namun kata…

1 jam ago

Malam 24 di Roemah Toegoe : Meniti Literasi, Menata Budaya

Yayasan Rumah Budaya Michiels mengadakan acara pentas budaya “Malam 24 di Roemah Toegoe” yang merupakan…

2 jam ago

Prabowo Minta Rakyat Bersabar Tunggu Hasil Kerja Kerasnya

Presiden Prabowo Subianto meminta rakyat Indonesia untuk bersabar sebentar, menunggu hasil kerjanya dalam memimpin Indonesia.…

2 jam ago

Siap-Siap Tarif Air Bersih Jakarta Bakal Naik Per Januari 2025

Perusahaan Umum Daerah Air Minum Jaya (PAM JAYA) mengumumkan tarif baru per Januari.

2 jam ago