HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur Eksekutif SETARA Institute, Halili Hasan angkat bicara terkait pembubaran diskusi Diaspora yang digelar di Hotel Grand Kemang, Jakarta Selatan, pada Sabtu (28/9).
Diskusi yang digelar bersama Tokoh dan Aktivis Nasional itu dibubarkan secara paksa oleh sejumlah orang tak dikenal (OTK), dengan mengacak-acak ruangan diskusi.
“Sementara aparat kepolisian hanya menonton dan membiarkan tindakan anarkis yang dilakukan oleh mereka,” ujar Haili dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com.
Dia pun menyayangkan tindakan aparat kepolisian yang membiarkan aksi premanisme dalam pembubaran diskusi oleh sejumlah orang tersebut. Padahal seharusnya, aparat bisa mengambil tindakan yang presisi guna melindungi kebebasan berpikir.
“Pembiaran yang dilakukan oleh aparat negara merupakan pelanggaran atas hak asasi manusia (violation by omission),” tegasnya.
Haili mengatakan, aksi premanisme yang meneror kebebasan sipil bukan kali pertama ini terjadi. Sebelumnya juga terjadi kekerasan serupa yang mengintimidasi dan menakut-nakuti masyarakat sipil dan media dalam berekspresi, antara lain perusakan kendaraan milik jurnalis.
Menurut pihaknya, pembubaran diskusi melalui aksi premanisme tersebut dalam merupakan alarm nyaring yang menandai bahwa kebebasan sipil semakin menyempit di tengah demokrasi yang semakin surut (regressive democracy).
“SETARA Institute mendesak pemerintah, khususnya aparat kepolisian, untuk mengusut tuntas sejumlah aksi premanisme dan mempertanggungjawabkan kepada publik penanganan aksi premanisme dimaksud,” tuturnya.