HOLOPIS.COM, KALTIM – Presiden Jokowi (Joko Widodo) tidak mau terus menerus dianggap sebagai orang yang egois dan memindahkan Ibu Kota Negara dari Jakarta ke Kalimantan Timur.

Dalam pernyataannya pada Rabu (25/9), Jokowi mulanya menyinggung gagasan dari Bung Karno di tahun 1960an perihal pemindahan Ibu Kota.

“Kalau saya itu hanya mengeksekusi. Jadi gagasan itu sudah gagasan panjang, sudah lama,” kata Jokowi dalam pernyataannya yang dikutip Holopis.com.

Kemudian pada 2014 saat dirinya dilantik sebagai Presiden periode kedua, dirinya mencoba mendalami gagasan Bung Karno perihal pemindahan Ibu Kota.

“Dulu Bung Karno, kenapa memutuskan Palangkaraya, coba dicek. Dan setelah melalui beberapa studi, diputuskan ada tiga kandidat calon ibu kota baru Indonesia. Yang pertama Palangkaraya, yang kedua di Kalimantan Selatan, yang ketiga di Kalimantan Timur, dan tambah satu ada di Sulawesi, Mamuju,” jelasnya.

“Didetailkan lagi, kemudian saya cek di lapangan enggak sekali, dua kali, tiga kali, kemudian bismillah saya putuskan di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur,” sambungnya.

Keputusan yang tidak mudah itu pun menurut Jokowi, sudah melalui prosedur yang panjang serta telah disetujui sebagian besar fraksi di DPR.

“Kita juga izin kepada DPR, saya menyampaikan lisan di dalam Rapat Paripurna tanggal 16 Agustus, kemudian diikuti dengan pengajuan undang-undang mengenai Ibu Kota Nusantara, dan itu disetujui 93 persen dari fraksi yang ada di DPR,” bebernya.

Oleh karena itu, Jokowi pun tidak terima jika pemindahan Ibu Kota disebut hanya keputusan dari dirinya seorang.

“Jadi, ini bukan keputusan presiden saja, tetapi juga keputusan seluruh rakyat Indonesia yang diwakili oleh seluruh anggota DPR yang ada di Jakarta,” tegasnya.

“Ini supaya jangan ada kekeliruan persepsi bahwa ini adalah proyeknya Presiden Jokowi, bukan, itu sudah melalui tahapan, tahapan, tahapan, yang baik dalam kita berbangsa dan bernegara,” tandasnya.