Teori generasi akhir-akhir ini semakin populer, terutama karena perbedaan mencolok antar generasi yang sering kali menyebabkan hubungan menjadi rumit dan terpolarisasi. Salah satu permasalahan utama yang muncul adalah perbedaan gaya komunikasi yang menghambat interaksi, merenggangkan hubungan, dan memperburuk konflik antar generasi.
Fokus utama dalam diskusi ini seringkali tertuju pada Generasi Z, yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010 di mana tahun-tahun tersebut sedang terjadi perkembangan teknologi yang sangat pesat. Pengaruh teknologi ini membentuk pola pikir khas yang mengarah pada keinginan untuk segala sesuatu yang serba instan diikuti dengan ciri-ciri seperti sikap sinis dan kebutuhan menjaga privasi yang tinggi dan ketergantungan pada teknologi.
Di sisi lain, banyak hal baik yang dimiliki generasi ini, seperti kecenderungan entrepreneurial, kemampuan multitasking dan kesadaran tinggi terhadap lingkungan dan masalah Kesehatan mental.
Menurut teori tahapan perkembangan Erik Erikson, Generasi Z saat ini berada pada dua tahap perkembangan yang berbeda. Generasi Z yang lebih muda masih berada di tahap kelima, yaitu masa remaja, di mana individu sedang mencari identitas diri dan bertanya-tanya tentang arah hidup mereka.
Ketidakmampuan untuk menyelesaikan tahap ini dengan baik dapat mengakibatkan kebimbangan tentang jati diri yang berkepanjangan. Sebaliknya, Generasi Z yang lebih tua berada pada tahap keenam, yaitu masa dewasa awal, di mana mereka belajar membangun kedekatan dan hubungan sosial.
Kegagalan dalam tahap ini dapat mengakibatkan perasaan terisolasi atau pembentukan kehidupan sosial yang terpisah dari kelompok lain, yang dapat berujung pada elitisme dan pertanyaan tentang apakah saya harus membagi hidup dengan orang lain atau lebih baik hidup sendirian.
Perbedaan gaya komunikasi antara generasi mencerminkan perubahan dalam cara berinteraksi yang dipengaruhi oleh konteks perkembangan mereka. Remaja saat ini cenderung menggunakan pesan singkat, emoji, dan media sosial, sementara generasi yang lebih tua lebih suka percakapan tatap muka atau panggilan telepon.
Sistem nilai seseorang, yang terbentuk pada dekade pertama kehidupan, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keluarga, teman, komunitas, peristiwa penting, dan era tempat seseorang dilahirkan. Sistem nilai ini berfungsi sebagai pendorong perilaku dan sikap serta alat prediksi yang baik terhadap perilaku dan harapan seseorang.
Dalam menjembatani kesenjangan komunikasi antar generasi, penting bagi remaja untuk bersabar, mendengarkan secara aktif, dan memahami bahwa generasi yang lebih tua mungkin memiliki harapan komunikasi yang berbeda.
Sebagai contoh, Generasi Z sering disebut sebagai “Generasi Sandwich,” meskipun istilah ini sebenarnya lebih tepat untuk generasi X yang merawat orang tua lanjut usia serta anak-anak mereka. Sebaliknya, generasi sebelumnya sering menyebut Generasi Z sebagai “Generasi Strawberry,” sebuah istilah yang menggambarkan mereka sebagai individu yang dianggap mudah memar dan kurang mampu menahan tekanan sosial.
Karl Mannheim, seorang sosiolog yang mengatakan bahwa interaksi sosial dapat memengaruhi bagaimana manusia melihat, menginterpretasi, dan membuat anggapan tentang dunia. Ia menjelaskan bahwa kesenjangan antargenerasi muncul karena generasi yang lebih muda sering kali tidak dapat membangun hubungan sosial secara sempurna akibat perbedaan antara apa yang mereka pelajari dari generasi sebelumnya dan kenyataan yang mereka hadapi.
Perbedaan pengalaman hidup membentuk preferensi komunikasi yang berbeda, seperti pergeseran dari penggunaan mesin ketik ke komputer dan pengalaman sejarah yang membentuk pandangan generasi tersebut.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, penting bagi remaja untuk memahami nilai empati dan berusaha melihat perspektif serta pengalaman generasi yang lebih tua. Misalnya, dahulu seseorang harus menunggu hingga keesokan hari untuk mendapatkan informasi lokal dari surat kabar, berbeda dengan akses informasi instan saat ini.
Sebaliknya, generasi yang lebih tua juga harus memahami pola pikir generasi Z yang dibesarkan oleh teknologi.
Pengalaman hidup yang berbeda antara generasi membentuk nilai dan gaya komunikasi yang beragam. Generasi yang lebih tua sering memiliki pendekatan yang berbeda dalam pemecahan masalah atau membangun hubungan, berdasarkan pengalaman mereka. Memahami perbedaan ini penting untuk menjembatani kesenjangan dan meningkatkan interaksi antargenerasi.
Misalnya saja, generasi sebelum Z harus memahami bahwa Generasi Z yang tumbuh dalam era digital, cenderung lebih menyukai jam kerja fleksibel, aturan berpakaian yang longgar, dan komunikasi informal. Hal ini seringkali menyebabkan mereka dilabeli sebagai generasi yang belum memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Mereka mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan kerja yang lebih formal.
Isu-isu ini mencerminkan tantangan yang dihadapi Generasi Z dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial dan profesional yang lebih beragam, termasuk komunikasi yang lebih formal dan kebutuhan untuk lebih proaktif serta fleksibel dalam berbagai konteks.