HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pemerintah dikabarkan bakal membatasi pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, seperti BBM jenis Pertalite dan Biosolar mulai 1 Oktober 2024 mendatang.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia pun membenarkan perihal kabar tersebut, dimana pembatasan tersebut akan dilakukan menjelang dimulainya pemerintahan baru, di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto.
Dia menuturkan, bahwa pihaknya tengah membahas perihal sosialisasi terkait pembelian BBM subsidi tersebut. Sebab, kata dia, sosialisasi ini langsung dilakukan setelah Peraturan Menteri (Permen) yang mengatur ihwal pembatasan diterbitkan.
“Memang rencananya begitu (1 Oktober). Karena begitu aturan keluar, permennya keluar, ada waktu untuk sosialisasi. Nah, sosialisasi ini yang sekarang saya lagi bahas,” tutur Bahlil usai Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR, seperti dikutip Holopis.com, Selasa (27/8).
Namun, Bahlil tidak dapat memastikan lebih lanjut skema pembatasan tersebut, termasuk mengenai kendaraan yang diperbolehkan untuk membeli BBM bersubsidi. Namun ia nemastikan, BBM subsidi nantinya hanya bisa dinikmati oleh masyarakat kelas menengah ke bawah.
“Kalau seperti kita masih menerima BBM bersubsidi, apa kata dunia bos,” ujar Bahlil.
Adapun pembatasan BBM subsidi akan diberlakukan melalui penerbitan peraturan menteri (Permen). Padahal sebelumnya, pemerintah menyatakan akan mengatur pembelian BBM subsidi melalui revisi Perpres No 191 Tahun 2014.
Untuk 2025 mendatang, pemerintah mematok volume BBM subsidi mencapai 19,41 juta kilo liter (KL). Angka itu terdiri dari minyak tanah sebesar 0,52 juta KL dan minyak solar sebesar 18,89 juta KL.
Penetapan volume BBM subsidi itu lebih rendah dibanding yang ditetapkan pada 2024 sebesar 19,58 juta KL.
Sementara itu, realisasi penyaluran BBM bersubsidi pada 2023 lalu berada di angka 18,06 juta KL, terdiri dari minyak tanah 0,49 juta KL dan minyak solar 17,57 juta KL.
Kemudian, penyaluran BBM bersubsidi sampai Juli 2024 tercatat sebesar 10,28 juta KL, terdiri dari minyak tanah 0,29 juta KL dan minyak solar 9,99 juta KL dengan outlook penyaluran hingga akhir tahun ini sebesar 18,19 juta KL.