HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov dikabarkan telah ditangkap oleh polisi Prancis di sebuah bandara di utara Paris.

Dilansir oleh Holopis.com dari BBC, Durov ditahan setelah jet pribadinya mendarat di Bandara Le Bourget pada hari Sabtu (24/8) malam waktu setempat.

Miliarder berusia 39 tahun itu ditangkap berdasarkan surat perintah atas pelanggaran yang terkait dengan platform salah satu aplikasi chat populer tersebut.

Durov dituduh gagal mengambil langkah-langkah untuk mengekang penggunaan Telegram secara kriminal karena kurangnya moderasi.

Aplikasi tersebut dituduh gagal bekerja sama dengan penegak hukum terkait perdagangan narkoba, konten seksual anak, dan penipuan. Telegram sebelumnya membantah memiliki moderasi yang tidak memadai.

Alasan Telegram Dituduh sebagai Aplikasi yang Kurang Moderasi

Durov, yang mengaku sebagai penganut Libertarian, menentang semua “penyensoran,” dan aplikasinya hanya bekerja sama secara marjinal dengan permintaan dan tuntutan hukum untuk menutup akun dan grup.

Banyak pengguna memanfaatkan situasi ini: pencarian beberapa menit di Telegram sudah cukup untuk menemukan grup yang menjual obat-obatan terlarang atau dokumen palsu, mendukung terorisme, atau mempromosikan penipuan mata uang kripto.

Karena kurangnya kerja sama dan kurangnya moderasi Telegram, OFMIN, kantor yang bertanggung jawab untuk memerangi kekerasan terhadap anak di bawah umur, telah secara diam-diam meluncurkan penyelidikan terhadap penyebaran pornografi anak di Telegram.

Dikutip Holopis.com dari AFP, penyelidikan ini kemudian diikuti oleh beberapa investigasi, untuk pelanggaran mulai dari pelecehan dunia maya hingga kejahatan terorganisasi.

Pertama Kalinya CEO Aplikasi Populer Ditangkap Kepolisian

Penangkapan CEO Telegram ini merupakan yang pertama di dunia, satu-satunya kasus yang sebanding terjadi pada tahun 2016, ketika seorang hakim Brasil memerintahkan penangkapan seorang eksekutif senior Facebook setempat, yang segera dibebaskan.

Di masa lalu, banyak pemerintah telah mencoba atau mengancam untuk memblokir Telegram, tetapi tidak ada yang mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Durov atau orang dekatnya.

Sekedar untuk diketahui, Pavel Durov lahir di Rusia dan sekarang tinggal di Dubai, tempat Telegram berkantor pusat. Ia memegang kewarganegaraan ganda Uni Emirat Arab dan Prancis. Telegram sendiri sangat populer di Rusia, Ukraina, dan negara-negara bekas Uni Soviet.

Aplikasi tersebut dilarang di Rusia pada tahun 2018, setelah sebelumnya ia menolak untuk menyerahkan data pengguna. Larangan tersebut dicabut pada tahun 2021.

Telegram sendiri telah menduduki peringkat sebagai salah satu platform media sosial utama setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan Wechat.