HOLOPIS.COM, JAKARTA – Milarder dan CEO aplikasi Telegram, Pavel Durov ditangkap oleh pihak berwajib di bandara Prancis pada hari ini, Minggu (25/8). Pria berusia 39 tahun tersebut ditahan setelah jet pribadinya mendarat di bandara Le Bourget di pinggiran kota Paris, Prancis.
Berdasarkan kabar dari media asing yang dikutip Holopis.com, pengusaha kelahiran Rusia yang menjadi WN Prancis itu menjadi sasaran sebuah surat perintah penggeledahan.
Namun baik polisi Prancis maupun Kementrian Dalam Negeri di Prancis, dan Telegram belum memberikan pernyataan resmi terkait hal ini.
Aplikasi Telegram memiliki pengaruh yang kuat terhadap beberapa negara seperti Rusia, Ukraina dan juga negara-negara bekas Uni Soviet.
Aplikasi ini memiliki sifat susah diretas, sehingga Telegram menjadi sumber informasi yang sangat penting terkait perang di Rusia, Ukraina, dan para pejabat Moskow serta Kiev.
Saat ini, pihak Durov memang belum mengajukan banding apapun, tetapi pihaknya akan segera mengambil langkah.
Mendirikan Telegram Sejak 2013
Durov dan saudaranya Nikolai sudah mendirikan aplikasi ini sejak 2013. Saat ini Telegram sudah memiliki 900 juta pengguna aktif.
Telegram saat ini adalah aplikasi chat yang sangat populer dan banyak diunduh di dunia.
Telegram menawarkan enkripsi ujung ke ujung yang dengan cara efektif melindungi data pelanggan agar tak terserap. Aplikasi ini memiliki fokus yang kuat terkait privasi hingga sulit diretas oleh berbagai pihak.