HOLOPIS.COM, JAKARTA – Dunia saat ini sedang dihebohkan kasus pemerkosaan dan pembunuhan seorang dokter di Kolkata India. Seorang dokter di India bernama Dr. Moumita Debnath meninggal dunia karena diduga diperkosa dan dibunuh diduga oleh beberapa pria.
Dokter tersebut diketahui sedang menjalani program pelatihan pasca sarjana di sebuah rumah sakit di india.
Awalnya, Ia dikatakan meninggal karena bunuh diri. Namun setelah diotopsim ditemukan bahwa ia diperkosa kemudian dibunuh.
Kasus ini pun langsung mengundang kemarahan warga terutama para kalangan tenaga medis wanita maupun pria. Ribuan dokter dan aktivis feminism di India melakukan aksi protes besar-besaran di beberapa kota besar di India seperti Kolkata, Delhi, serta Patna.
Warga India Menuntut Keadilan
Masyarakat India menuntut keadilan bagi korban pemerkosaan. Seorang dokter mengatakan bahwa sangat menyedihkan melihat seorang dokter yang harusnya berada di posisi aman di tempat kerja, malah menjadi korban kekerasan.
“Sangat menyedihkan seorang dokter, yang seharusnya aman di tempat kerja, malah menjadi korban kekerasan,” kata seorang Dokter bernama Mridul, dikutip Holopis.com.
Pemerintah Dituntut Sigap
Para demonstran pun menuntut pemerintah India agar bergerak cepat. Asosiasi dokter di india, Federation of Resident Doctors Association (FORDA) menuntut penghentian layanan di rumah sakit dan melakukan mogok kerja.
Tersangka Sudah Ditahan
Polisi pun saat ini sudah menangkap seorang tersangka, yaitu relawan sipil yang sering berada di rumah sakit bersama Sanjoy Roy. Namun, ada kecurigaan bahwa aksi ini dilakukan oleh lebih dari satu orang.
Pihak Biro Investigasi Pusat (CBI) sedang menginvestigasi kasus ini lebih dalam lagi.
Kemarahan masih terus bergulir hingga sekarang. Para dokter yang mogok kerja menuntut agar pemilik rumah sakit dipecat bahkan dihukum mati.
Sebagai informasi, kekerasan seksual di India memang sudah menjadi momok yang menyeramkan dan sangat dalam di negara terpadat nomor 1 dunia itu.
Tak hanya tentang kekerasan seksual, para dokter di India merasa bahwa mereka kurang mendapatkan perlindungan di dalam kondisi yang berbahaya.
Momen ini pun menjadi pucuk kemarahan para dokter, serta aktivis hak asasi manusia di India.