HOLOPIS.COM, JAKARTA – Target pertumbuhan ekonomi yang dipatok sebesar 5,2 persen pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 dinilai masih masuk akal untuk tahun pertama pemerintahan baru.
Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Riza Annisa Pujarama, menyebut bahwa target tersebut masih rasional, meskipun terkesan kurang optimistis.
Pasalnya, dalam kampanyenya di Pilpres 2024, presiden terpilih Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai angka 8 persen.
“Kalau saya melihatnya gini, itu rasional, menurut saya ini yang paling rasional dibanding target-target sebelumnya walaupun kurang optimistis,” terang Riza dalam diskusi publik, seperti dikutip Holopis.com, Minggu (18/8).
Adapun yang membuatnya menilai target tersebut rasional yakni karena kondisi perekonomian Indonesia yang dalam kurun waktu tiga bulan terakhir cenderung mengalami penurunan daya beli.
“Penurunan daya beli sedang turun, sektor manufaktur sedang turun, dan hal lainnya lagi, kemudian ekonomi global juga berpengaruh,” jelasnya.
Riza menyebut, jika Indonesia ingin mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen, maka hal yang harus dilakukan pertama kali adalah menaikkan daya beli masyarakat.
Pasalnya, lanjutnya menjelaskan, lebih dari 50 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berasal dari konsumsi masyarakat.
Di sisi lain, ia juga menekankan pemerintah perlunya upaya-upaya perbaikan di sejumlah sektor, seperti Pertanian dan manufaktur untuk penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak guna meningkatkan daya beli masyarakat.
“Pendapatan, pendapatannya dari mana, dari pekerjaan, pekerjaannya dari mana, sektor mampu menyerap banyak tenaga kerja adalah sektor pertanian dan sektor industri manufaktur. Di mana sektor ini sedang mengalami perlambatan, ini yang perlu diperbaiki,” pungkas Riza.