HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listiyanto menilai alokasi anggaran program makan bergizi gratis yang sebesar Rp71 triliun sudah pas.
Namun sebenarnya, menurut Eko, alokasi anggaran tersebut masih di bawah ekspektasi dari hitung-hitungan yang dipaparkan di awal kampanye pasangan presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo-Gibran.
Ia pun mewanti-wanti agar anggaran yang menurutnya sudah pas tersebut tak dipotong lagi, yang pada akhirnya justru membuat tujuan program dalam memenuhi gizi pelajar tidak terpenuhi.
“Hitungannya Rp15 ribu per porsi, tapi itu sebetulnya sudah angka yang menurut saya sudah pas. Jangan dipotong, apalagi potong separuh, nanti cuma dapat telur,” kata Eko dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Sabtu (17/8).
Adapun program makan bergizi gratis tersebut merupakan salah satu strategi jangka pendek untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, serta menguatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam strategi jangka menengah, program unggulan Prabowo-Gibran itu menjadi salah satu program yang difokuskan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia (SDM) unggul yang produktif, inovatif, dan berdaya saing.
Adapun implementasi program makan bergizi gratis ini nantinya akan dijalankan pemerintah secara bertahap, yang pelaksanaannya akan diselaraskan dengan kesiapan teknis dan kelembagaan, serta tata kelola yang akuntabel.
Adapun alokasi anggaran sebesar Rp71 triliun yang termuat dalam nota keuangan Rancangan APBN 2025 itu merupakan anggaran untuk pelaksanaan program di tahun pertama.
“Makan Bergizi Gratis (MBG) itu bagian dari sebuah upaya untuk bisa meningkatkan kualitas siswa, pendidikan di Indonesia, mulai dari si siswanya itu sendiri,” ucap Eko.
“Kira-kira kalau rule of thumb-nya itu di makan bergizi itu di berbagai negara itu 1 dolar AS per porsi. Kan pas (dengan anggaran Rp15 ribu per porsi di Indonesia), sekarang dolar sekitar Rp15.700,” ujarnya.