HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengakui penarikan utang per Juli 2024 terbilang cukup tinggi, dimana angkanya mencapai Rp 266,3 triliun.
Adapun angka tersebut setara 41,1 persen dari target yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024. Pun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, angka ini melonjak 36,6 persen.
Bendahara negara itu pun berdalih, penarikan utang yang cukup tinggi dalam kurun waktu 7 bulan tersebut merupakan respon atas pelemahan ekonomi, khususnya dari sisi harga-harga komoditas yang mulai melandai.
“Karena tadi semua komoditas sudah reverse back ke harganya sehingga memang defisitnya diperkirakan pasti lebih tinggi dari 2023. Dan ini sudah mulai terlihat dari pembiayaan (utang) kita,” kata Sri Mulyani, seperti dikutip Holopis.com, Selasa (13/8).
Sri Mulyani mengatakan, total penarikan pembiayaan utang pada periode Juli 2024 ini berbanding terbalik dengan tahun lalu, dimana tahun lalu penarikan utang pemerintah justru menurun tajam lantaran harga komoditas yang tinggi, yang mengerek setoran pajak.
“Karena tahun lalu dengan penerimaan kita cukup tinggi, karena komoditas boom, kita mengerem pembiayaan utang sangat dalam, makanya tahun lalu pembiayaan mengalami penurunan issuance yang luar biasa,” ujarnya.
Adapun pembiayaan utang yang berasal dari pinjaman telah mencapai Rp 13,3 triliun, jauh lebih tinggi dari desain dalam APBN 2024 yang seharusnya minus Rp 18,4 triliun. Artinya pembiayaan dari pinjaman itu telah mencapai 72,6 persen dari target, dengan pertumbuhan mencapai 21,6 persen.
Adapun untuk total pembiayaan nonutang minus Rp 49,3 triliun atau telah tumbuh 39,4 persen dari target APBN tahun ini yang minus Rp 125,3 triliun, dengan pertumbuhannya sebesar 61,8 persen.
Dengan demikian, total pembiayaan anggaran per Juli 2024 sebesar Rp 217 triliun, sebesar 41,5 persen dari target Rp 522,8 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 31,9 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 164,5 triliun.