HOLOPIS.COM, JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap adanya potensi terselubung di balik lahan kering masam, serta lahan suboptimal untuk dimanfaatkan sebagai lumbung pangan nasional.
Plh Kepala Organisasi Riset Pertanian BRIN, Ahmat Sarifudin menyampaikan, masalah pangan merupakan hal yang penting untuk diantisipasi, mengingat kebutuhan pangan terus meningkat di tengah keterbatasan lahan subur.
“Revitalisasi dan pengembangan lahan kering masam serta lahan suboptimal lainnya menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan di Indonesia,” kata Sarifudin dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip Holopis.com, Minggu (11/8).
Dia mengakui, bahwa masih ada sejumlah tantangan dalam pengelolaan lahan kering masam, seperti pH tanah yang sangat asam, kesuburan rendah, dan produktivitas yang kurang.
Sementara itu untuk lahan suboptimal, terdapat tantangan seperti keterbatasan air, kesuburan tanah yang rendah, serta kekurangan tenaga kerja dan infrastruktur yang belum memadai.
Namun di balik tantangan itu, terdapat potensi yang dapat dimanfaatkan pada kedua jenis lahan yang selama ini dianggap sebagai lahan yang tidak produktif dalam hal pertanian tersebut.
“Kita ketahui bahwa lahan sub optimal lainnya seperti lahan rawa pasang surut dan rawa lebak, yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai penghasil pangan komoditas lainnya di Indonesia. Lahan pasang surut maupun rawa lebak sangat berpotensi sebagai lumbung pangan nasional,” terangnya.
Ia pun menjelaskan, kawasan rawa memiliki potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan produksi komoditas pertanian. Keunggulan kawasan rawa meliputi ketersediaan air yang melimpah, topografi datar, dan akses mudah melalui jalur darat dan air, yang mempermudah distribusi.
Selain itu, lahan yang luas di kawasan ini ideal untuk pertanian mekanis, dan pengaturan waktu panen di luar musim dapat membantu substitusi pangan di pulau Jawa.
“Dengan keanekaragaman lahan kering masam dan rawa, Indonesia memiliki potensi signifikan untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan,” ujarnya.
Selain itu, dirinya juga memaparkan bahwa optimalisasi lahan kering masam dan suboptimal memerlukan pendekatan holistik dan berkelanjutan, mencakup pemilihan varietas tanaman yang sesuai, pengelolaan air yang efisien, dan praktik pertanian ramah lingkungan.
“Kerja sama antara pemerintah, peneliti, petani, dan sektor swasta merupakan kunci keberhasilan. Dukungan pemerintah dalam hal sumber daya, pelatihan, dan infrastruktur sangat penting, sementara program pemerintah harus konsisten dan berkelanjutan untuk memastikan petani dapat menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi lokal,” pungkasnya.