HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pengamat media sosial, Ferry Koto menilai bahwa Anies Rasyid Baswedan sebenarnya adalah pengecut politik. Hal ini disampaikan di tengah situasi gejolak politik peluang Anies akan ditinggalkan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2024.
Menurutnya, selama ini Anies Baswedan tidak mau berpartai untuk mendukung semua langkah politiknya. Bahkan di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, Anies bukanlah kader partai. Hingga sampai akhir masa jabatannya, ia masih tidak mau bergabung dengan satu partai politik pun, termasuk PKS yang mendukungnya secara total.
Begitu juga ketika Pilpres 2024, ia tak mau bergabung dengan NasDem, PKS, maupun PKB. Anies Baswedan lebih nyaman berada di jalur independen dan menunggu saja diusung oleh partai politik untuk masuk gelanggang politik.
Bahkan hingga Pilkada 2024, Anies lebih memilih partai-partai lain termasuk PKS, PKB dan NasDem mendukungnya masuk gelanggang politik. Sementara ketika keputusan politik para partai tersebut tidak lagi sejalan, justru sejumlah pihak menuding para partai hendak menjegal pencalonan Anies Baswedan di Pemilu.
“Yang pengecut itu Anies. Dia tak berani berpartai, demi bisa meloncat ke sana kemari saat kontestasi politik menunggangi Parpol,” kata Ferry dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com di akun X pribadinya @ferrykoto, Minggu (11/8).
Menurut pria bernama lengkap Zulfery Yusal Koto ini, seharusnya Anies Baswedan berani maju dari jalur independen jika memang merasa bahwa seluruh masyarakat DKI Jakarta pasti mendukungnya dalam Pilkada 2024. Sebab, jalur independen sangat dimungkinkan untuk ditempuh jika memang Anies menginginkan jabatan Gubernur Jakarta.
“Di Pilkada pun, Anies pengecut tak berani independen,” ujarnya.
Sejauh ini, Ferry pun berasumsi bahwa Anies sangat paham bahwa para pendukungnya sebenarnya bukan masyarakat independen, melainkan kader-kader partai yang digerakkan oleh mesin partai untuk memenangkan dirinya. Sehingga bekas rektor Universitas Paramadina Jakarta itu tak cukup percaya diri untuk maju dari jalur independen alias non partai.
“Bisa jadi takut dengan realitas sesungguhnya anak abah itu maya saja, di kehidupan nyata tak ada, tak ber-KTP dan sesungguhnya pendukungnya di dunia nyata ya kader-kader Parpol,” ketusnya.