HOLOPIS.COM, JAKARTA – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang mendalami sejumlah hal dalam pengusutan korupsi pada proyek Pembangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) atau Shelter Tsunami oleh Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan, Kegiatan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2014.
Salah satunya terkait keterlibatan PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) dalam proyek yang berujung merugikan keuangan negara itu.
Jubir KPK, Tessa Mahardhika Sugiarto mengatakan pihaknya sedang mendalami dan mengembangkan sejumlah hal dalam mengusut kasus tersebut. Sejurus pengusutan kasus, proses penghitungan kerugian keuangan negara juga masih dalam proses.
“Pendalaman-pendalaman dan perhitungan kerugian negara sedang berproses,” ucap Tessa Mahardhika, kepada wartawan, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (7/8).
Bukan tanpa sebab keterlibatan PT Waskita Karya (Persero) Tbk turut didalami tim penyidik KPK. Pasalnya salah satu perusahaan plat merah konstruksi itu menjadi kontraktor proyek bernilai sekitar Rp 20 miliar itu. Kasus dugaan rasuah proyek ini juga dikabarkan turut menjerat Project Manager (PM) atau Kepala Proyek PT Waskita Karya (Persero) Tbk, Agus Herijanto.
“Kontraktornya Waskita Karya,” ujar Tessa.
KPK sebelumnya mengungkap modus dugaan korupsi pada proyek Pembangunan Tempat Evakuasi Sementara (TES) atau Shelter Tsunami oleh Satuan Kerja Penataan Bangunan dan Lingkungan, Kegiatan Pelaksanaan Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2014.
Salah satunya diduga terjadi penurunan kualitas dari pengadaan barang dan jasa proyek tersebut.
Demikian diungkapkan Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur Rahayu. Menurut Asep, dugaan penurunan kualitas itu diketahui dari hasil pengecekan tim di lapangan.
Dalam pengecekan fisik shelter tsunami itu, tim KPK menggandeng ahli konstruksi. KPK menggandeng ahli konstruksi untuk menilai seberapa kekuatan dari bangunan tersebut.
“Ada yang memang tidak digunakan, beberapa yang sudah kami cek, ada yang memang kualitasnya menurun,” ungkap Asep kepada wartawan, Rabu (10/7).
Sayangnya, Asep saat ini belum merinci lebih lanjut terkait penurunan kualitas tersebut. Yang jelas, kata Asep, penurunan kualitas itu mengakibatkan shelter tsunami untuk mengantisipasi bencana ada yang sudah rusak. KPK menyayangkan kondisi tersebut. Mengingat sebuah shelter atau tempat evakuasi sementara seharusnya punya kualitas yang mumpuni.