HOLOPIS.COM, JAKARTA – Iran yakin untuk menyerang Israel demi mencegah ketidakstabilan terus berlanjut. Apalagi, Iran yakin bahwa dalang dibalik kematian pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran pada pekan lalu adalah Israel.
Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Iran, Nasser Kanani mengatakan bahwa Iran saat ini sedang dalam rangka kembali membangun stabilitas dan menghukum mereka para agresor zionis.
“Iran berusaha membangun stabilitas di kawasan, namun hal ini hanya bisa dicapai dengan menghukum agresor dan menciptakan pencegahan terhadap petualangan rezim zionis (Israel),” kata Nasser Kanaani, dikutip Holopis.com, Selasa (6/8).
Ia mengatakan bahwa niat dan tindakan Teheran akan sulit untuk dihindari.
Nasser Kanan kemudian meminta Amerika Serikat untuk tak lagi mendukung Israel. Ia juga mengklaim bahwa komunitas internasional sudah gagal dalam menjaga stabilitas.
Sementara itu meeting darurat dari Organisation Islamic Cooperation akan diselenggarakan pada hari Rabu atas permintaan Iran.
Mereka akan membahas pembunuhan Haniyeh serta respon Iran. Iran bersama kelompok-kelompok sekutu seperti Hamas dan Hizbullah sudah yakin dengan tuduhan mereka, bahwa Israel sudah membunuh Haniyeh pada 31 Juli lalu saat berada di ibu kota Iran.
Apalagi, kematian Haniyeh merupakan salah satu dari sekian banyak pembunuhan terhadap tokoh senior Hamas selama perang Hamas dan Israel di Gaza.
Meski demikian, hingga saat ini Israel tidak mengakui bahwa mereka adalah pembunuh Haniyeh.
Sekedar meningatkan kembali, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh meninggal dunia terbunuh di Teheran Iran. Kabar itu diumumkan oleh kelompok militant Palestina tersebut pada hari Rabu (31/7).
Hamas mengatakan Haniyeh tewas di kediamannya karena serangan berbahaya Zionis.
“Kediaman Ismail Haniyeh, Kepala Kantor Politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran dan mengakibatkan beliau dan salah satu pengawalnya mati syahid,” demikian disampaikan Korps Garda Revolusi Islam.
Ismail Haniyeh sedang berada di Teheran, dalam rangka menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Selasa (30/7) lalu.