Turki-Israel Memanas Buntut Tewasnya Ismail Haniyeh

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hubungan diplomatik antara Turki dan Israel dikabarkan semakin memanas menyusul tewasnya pemimpin politik Hamas Palestina, ismail Haniyeh.

Sebelumnya diketahui, Ismail Haniyeh dikabarkan tewas dalam sebuah serangan yang diduga didalangi oleh Israel. Kabar itu menyentuh kalbu penduduk Palestina, termasuk juga Turki yang memang dikenal punya hubungan baik dengan Hamas.

Turki sendiri memang memiliki pandangan yang berbeda dengan negara sekutu Amerika Serikat (Israel-Uni Eropa, dll), dimana Turki menganggap bahwa Hamas adalah sebuah organisasi ‘gerakan pembebasan’. Sementara Amerika Serikat cs menilai Hamas merupakan ‘organisasi teroris’.

Menariknya, Turki memainkan politik yang bebas, dimana mereka juga memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sekali pun sempat diterpa berbagai ancaman dari beberapa negara Islam dalam kesepakatan awalnya.

Turki pun tentu seperti kita ketahui, termasuk dalam salah satu negara NATO, yang pastinya berhubungan langsung dengan Amerika Serikat.

Hubungan diplomatik Turki dan Israel pun sejatinya menguntungkan kedua negara, namun memanas seiring berjalannya waktu. Kini, semakin panas pula menyusul tewasnya pimpinan Hamas.

Menyusul tewasnya Ismail Haniyeh, Kementerian Luar Negeri Turki pun turut melontarkan kritik keras menyikapi hal tersebut.

“Sekali lagi, pemerintahan Netanyahu telah menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki niat untuk mencapai perdamaian,” ungkap Kemlu Turki.

“Jika masyarakat Internasional tidak mengambil tindakan untuk menghentikan Israel, kawasan kita akan menghadapi konflik yang jauh lebih besar,” imbuhnya.

Terkait hal itu juga, Kedutaan Besar Turki di Tel Aviv pun turut mengibarkan bendera setengah tiang, yang merupakan simbol berkabung sebuah negara.

Pengibaran bendera setengah tiang itu dilakukan menjelang pemakaman Ismail Haniyeh di Doha, Qatar.

Israel pun ikut buka suara menanggapi bendera setengah tiang yang dikibarkan Turki di negaranya sendiri.

“Israel tidak akan menerima ekspresi partisipasi dalam berkabung untuk seorang pembunuh seperti Ismail Haniyeh,” ungkap Menteri Luar Negeri, Katz, seperti dikutip Holopis.com.

“Jika perwakilan kedutaan ingin berkabung, biarkan mereka pergi ke Turki dan berkabung bersama dengan pemimpin mereka, Erdogan, yang merangkul organisasi teroris Hamas dan mendukung aksi pembunuhan mereka,” imbuhnya.

Ruang Mula

Rekomendasi

berita Lainnya
Related

Trump Mau Gebuk Balik Negara yang Tinggalkan Dolar

Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump mengaku geram dengan negara-negara yang berupaya meninggalkan dolar AS dalam transasksi perdagangan mereka, atau yang dikenal dengan istilah dedolarisasi.

Mpox Masuk India Dari Pengunjung Luar Negeri

Kasus Mpox semakin meraja rela di beberapa negara di dunia. Kali ini, India mencatat ada kasus dugaan mpox ditemukan di seorang pria yang baru saja melakukan perjalanan dari negara yang sedang menderita wabah itu.

Siap-siap! Kamala Harris dan Donald Trump Bakal Debat di 10 September Nanti

Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024 akan segera memasuki babak terbaru.  Dua calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump dan Kamala Harris akan segera tampil dalam perdebatan capres menuju pilpres Amerika Serikat pada November 2024 mendatang.
Prabowo Gibran 2024 - 2029

Berita Terbaru