HOLOPIS.COM, JAKARTA – Harga komoditas pangan, salah satunya cabai rawit merah terus mengalami kenaikan. Hal ini berbanding terbalik dengan harga cabai merah keriting yang justru semakin menurun.
Berdasarkan data panel Harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) per hari ini, Senin (29/7) pukul 13.00 WIB siang, harga cabai rawit merah di tingkat perdagang eceran sudah menyentuh level Rp 68.270 per kilogram (kg).
Padahal pada pekan lalu, harga cabai rawit merah masih berada di level Rp 63.100 per kg. Sedangkan harga cabai merah keriting berada di angka Rp44.060 per kg.
Adapun harga tertinggi pada hari ini terpantau terjadi di wilayah Papua Tengah, dimana untuk harganya mencapai Rp 120.060 per kg. Sedangkan harga terendah di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang tercatat sebesar Rp50.750 per kg.
Sementara di Jakarta, harga cabai rawit merah pada hari ini tercatat telah mencapai Rp 88.285 per kg. Angka itu naik Rp 2.816 dibandingkan hari sebelumnya. Sedangkan untuk harga cabai merah keriting terpantau di harga Rp 50.285 per kg.
Menanggapi pergerakan harga cabai yang semakin mahal tersebut, Bapanas meminta masyarakat untuk menanam cabai sendiri di rumah, mengingat penyebab mahalnya harga cabai saat ini disebut karena kurangnya produksi dalam negeri.
“Salah satu penyebabnya karena produksinya kita kurang. Solusinya ya harus nanam,” kata Plt Sekretaris Utama Bapanas, Sarwo Edhy dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Senin (29/7).
Dia pun menyarankan, pemerintah daerah khususnya di Dinas Pertanian untuk membagikan benih cabai ke masyarakat, agar mereka bisa menanam cabai sendiri di rumahnya masing-masing.
“Saya menyarankan teman-teman pertanian untuk menanam, membagikan benih cabai ke masyarakat agar dia menanam di pot-pot, di teras-teras, pekarangan, kan tidak terlalu sulit,” imbuh Sarwo Edhy.
Dia menambahkan, menanam cabai bukan merupakan perkara yang sulit dan dapat menjadi solusi atas kenaikan harga cabai. Sebab, panen cabai bisa dilakukan kapan pun, selagi cabai sudah siap untuk dipetik.
Solusi lain, kata dia, dengan pengembangan metode screen house. Yaitu, areal penanaman cabai dengan konstruksi rumah kaca atau plastik tembus cahaya. Namun ia dia mengakui, metode ini membutuhkan anggaran yang tidak sedikit.
“Menurut saya sepanjang untuk ketahanan pangan ga masalah dan itu salah satu solusi makanya screen house sehingga panen ngga mengenal waktu,” ujar Sarwo.