HOLOPIS.COM, JAKARTA – Netizen saat ini tengah dihebohkan dengan lantunan nadhom Alfiyah yang dibawakan oleh Ifan Seventeen saat menggelar konser musik di kawasan Pondok Pesantren terpadu Al-Fusha Pekalongan, Jawa Tengah.
Konser dengan tema Cultural Fantacy The Miracle 13 Al Fusha International Boarding School 11 Mei 2024 tersebut, menampilkan Ifan Seventeen. Yang menarik, Ifan membawakan nadhom Alfiyah yang langsung diikuti oleh penonton yang notabane adalah para santri itu.
Lantas mengapa pria pemilik nama lengkap Riefian Fajarsyah tersebut bisa hafal nadhom Alfiyah yang notabane adalah materi wajib kalangan pesantren. Ternyata ia pernah mondok di Gontor pada tahun 2019, sehingga wajar ketika Ifan hafal dengan nadhom yang nyentrik ini.
Apa itu nadhom Alfiyah ?
Alfiyah Ibnu Malik adalah sebuah kitab terkenal yang berisi seribu bait (nadhom) yang disusun oleh Imam Ibnu Malik. Kitab ini menjadi salah satu rujukan utama dalam ilmu nahwu (tata bahasa Arab) dan shorof (morfologi Arab).
Ibnu Malik, dengan nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Malik al-Andalusi, adalah seorang ulama besar yang hidup pada abad ke-13. Karya Alfiyah ini mengompilasikan aturan-aturan tata bahasa Arab secara sistematis dan mudah dihafal, sehingga menjadi acuan bagi para pelajar bahasa Arab di berbagai belahan dunia.
Mengapa Alfiyah Penting Dipelajari di Pesantren?
- Memahami Bahasa Arab dengan Baik:
Bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran dan Hadis, serta bahasa utama dalam literatur Islam klasik.
Dengan mempelajari Alfiyah, santri dapat memahami struktur bahasa Arab dengan baik, sehingga memudahkan mereka dalam memahami teks-teks agama. - Kunci Pembelajaran Lanjutan:
Alfiyah menjadi dasar bagi santri untuk mempelajari kitab-kitab kuning (kitab klasik) yang banyak digunakan dalam pembelajaran di pesantren. Kitab-kitab ini ditulis dalam bahasa Arab dengan tingkat keilmuan yang tinggi, sehingga membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang tata bahasa Arab. - Mengembangkan Kemampuan Berpikir:
Mempelajari Alfiyah tidak hanya mengajarkan tata bahasa, tetapi juga melatih santri dalam berpikir logis dan sistematis. Setiap aturan dalam Alfiyah mengandung logika dan kaidah yang harus dipahami dan diterapkan dengan tepat. - Menjaga Tradisi Keilmuan Islam:
Pesantren memiliki peran penting dalam menjaga dan melestarikan tradisi keilmuan Islam. Mempelajari Alfiyah merupakan bagian dari upaya untuk mempertahankan warisan intelektual Islam dan menyebarkannya kepada generasi muda.
Kegunaan Alfiyah Ibnu Malik
Dengan bentuk nadhom yang ritmis dan rima yang mudah diingat, Alfiyah menjadi alat bantu menghafal yang efektif. Para santri dapat dengan mudah menghafal seribu bait ini, sehingga mereka memiliki dasar yang kuat dalam memahami tata bahasa Arab.
Kemudian, alfiyah juga memberikan panduan yang jelas tentang struktur kalimat, penggunaan kata, dan aturan-aturan lain dalam tata bahasa Arab. Hal ini sangat membantu dalam penulisan dan penerjemahan teks-teks Arab ke dalam bahasa lain.
Bagi para akademisi dan peneliti, Alfiyah menjadi referensi utama dalam studi linguistik Arab. Kitab ini memberikan wawasan mendalam tentang perkembangan tata bahasa Arab dan pengaruhnya terhadap bahasa Arab kontemporer.
Maka, dengan memahami dan menguasai Alfiyah, santri akan memiliki kemampuan berbahasa Arab yang baik dan benar. Ini sangat penting, terutama bagi mereka yang ingin melanjutkan studi ke Timur Tengah atau menjadi pengajar bahasa Arab di masa depan.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Alfiyah Ibnu Malik merupakan karya monumental yang memiliki peran penting dalam pendidikan bahasa Arab di pesantren. Dengan mempelajari Alfiyah, santri tidak hanya mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang tata bahasa Arab, tetapi juga menjaga tradisi keilmuan Islam yang kaya.
Kitab ini terus menjadi rujukan utama dalam pembelajaran nahwu dan shorof, serta menjadi kunci bagi santri untuk membuka pintu-pintu ilmu pengetahuan lainnya dalam bahasa Arab.
7 Bait Nadhom Alfiyah Ibnu Malik
قالَ مُحَمَّدٌ هُوَ ابْنُ مَالِكِ * أَحْمَدُ رَبِّي اللهَ خَيْرَ مَالِكِ
Qāla Muḥammadun huwa Ibnu Mālikin
Aḥmadu Rabbī Allāha khayra Mālikin
Artinya : Berkata Muhammad yang adalah Ibnu Malik. Aku memuji Tuhanku, Allah, sebaik-baik Penguasa
مُصَلِّيًا عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى * وَآلِهِ الْمُسْتَكْمِلِينَ الشَّرَفَا
Muṣalliyan ʿalā an-Nabiyyi al-Muṣṭafā
wa ālihi al-mustakmilīna ash-sharafā
Artinya : Bersholawat kepada Nabi yang terpilih, dan keluarganya yang sempurna kemuliaannya
وَأَسْتَعِينُ اللهَ فِي أَلْفِيَّةٍ * مَقَاصِدُ النَّحْوِ بِهَا مَحْوِيَّةٍ
Wa astaʿīnu Allāha fī Alfiyyatin
maqāṣidu an-naḥwi bihā maḥwiyyatin
Artinya : Dan aku memohon pertolongan Allah dalam (menyusun) Alfiyah, yang tujuan-tujuan ilmu nahwu terkandung di dalamnya
تَقْرِيبُهَا الأَقْصَى بِلَفْظٍ مُوجَزِ * وَتَبْسِيطُهَا البَذْلَ بِوَعْدٍ مُنْجَزِ
Taqrībuha al-aqṣā bi lafẓin mūjaz
wa tabsīṭuhā al-badhla bi waʿdin munjaz
Artinya : Mendekatkannya dengan lafaz yang ringkas, dan memperluas pemberian dengan janji yang terpenuhi
وَتَقْتَضِي رِضًا بِغَيْرِ سَخَطِ * فَائِقَةً أَلْفِيَّةَ ابْنِ مُعْطِي
Wa taqtadī riḍan bi ghayri sakhaṭ
fāʾiqatan Alfiyyata Ibni Muʿṭī
Artinya : Dan menciptakan kepuasan tanpa kemarahan, melebihi Alfiyah Ibnu Mu’thi
وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيلاَ * مُسْتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الجَمِيلاَ
Wahwa bisabqin ḥāʾizun tafḍīlā
mustawjibun thanāya al-jamīlā
Artinya : Dan ia (Ibnu Mu’thi) dengan keunggulan meraih keutamaan, pantas mendapatkan pujian yang indah
وَاللهُ يَقْضِي بِهِبَاتٍ وَافِرَةْ * لِي وَلَهُ فِي دَرَجَاتِ الآخِرَةْ
Wa Allāhu yaqḍī bihibātin wāfirah
lī wa lahu fī darajāti al-ākhirah
Artinya : Dan Allah memberikan anugerah yang berlimpah, kepadaku dan kepadanya di derajat akhirat