HOLOPIS.COM, JAKARTA – Cadangan devisa negara-negara di kawasan Asia mengalami penurunan yang cukup dalam pada Semester pertama tahun 2024 ini, imbas langkah intervensi bank-bank sentral dalam menopang mata uang mereka dari pelemahan.
Adapun cadangan devisa di 12 negara di kawasan Asia, seperti Jepang hingga India tercatat mengalami penurunan sekitar USD 50 miliar, menjadi USD 7,5 triliun pada akhir Juni 2024.
Berdasarkan data bursa dan asosiasi, arus investor asing yang masuk ke dalam obligasi Asia tercatat turun 34 persen pada paruh pertama tahun ini.
Kendati demikian, penurunan cadangan devisa tidak cukup parah memicu krisis keuangan. Terlebih sebagian besar negara memiliki neraca keuangan yang sehat dan kewajiban eksternal yang cukup terkendali.
Meski begitu, para analis mencatat bahwa hal ini masih dapat mempengaruhi sentimen investor dan mungkin mengarah pada penurunan portofolio arus keluar asing di negara Asia.
Tercatat di India, Korea Selatan dan China, rasio cakupan impor mengalami peningkatan pada tahun ini. Namun di negara Asia Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia dan Thailand menurun.
Mata uang Asia mengalami penurunan tajam di paruh pertama tahun ini, karena sikap hawkish The Federal Reserve (The Fed) dalam menaikkan suku bunga mereka, dan imbal hasil yang tinggi mendukung penguatan mata uang dolar AS.
Dari sejumlah mata uang Asia, mata uang Jepang yakni Yen mengalami pelemahan terparah dengan penurunan sekitar 11 persen terhadap dolar AS telah mendorong intervensi untuk mendukung mata uang tahun ini.
Pelemahan yen ini mendorong beberapa putaran dugaan intervensi oleh bank sentral untuk mendukung mata uang tersebut pada tahun ini.
Sementara, Bank Indonesia (BI) pada bulan April juga menaikkan suku bunga acuannya untuk menahan penurunan nilai tukar rupiah, serta mencegah arus modal keluar.
Dengan peristiwa-peristiwa besar seperti pemilihan presiden AS dan potensi pergeseran kebijakan moneter The Fed pada tahun ini, mata uang regional diperkirakan akan mengalami volatilitas yang lebih tinggi di semester kedua.
“Ketika Fed AS mulai menurunkan suku bunga pada akhirnya, yang berpotensi menyebabkan depresiasi sementara pada dollar, kredibilitas bank-bank sentral Asia akan diuji,” analis senior di Gimme Credit, Saurav Sen.