HOLOPIS.COM, JAKARTA – PDIP ikut berkomentar mengenai habitat Anies Baswedan yang menjadi persoalan antara PKS dengan Partai Nasdem pada saat ini.

Politisi Senior PDIP Hendrawan Supratikno mengatakan bahwa polemik tersebut sebenarnya terjadi mengingat kiprah para politisi yang terkesan ‘bermuka dua’ demi kepentingan elektabilitas.

“Tokoh politik selalu berusaha menampilkan wajah yang bersahabat kepada semua pemilihnya. Berusaha menggambarkan wajah para pemilihnya,” kata Hendrawan dalam pernyataannya yang dikutip Holopis.com, Senin (22/7).

Mengenai anggapan habitat Islam yang sempat disematkan kepada Anies Baswedan, Hendrawan pun memastikan itu bukanlah hal yang abadi. Hal itu bisa dipergunakan sesuai dengan kebutuhan si pengguna maupun politisi.

“Habitat bukan atribut yang permanen, melainkan cair dan fleksibel,” imbuhnya.

Kendati demikian, Hendrawan membeberkan bahwa pokok persoalan Pilgub 2024 bukan habitat, melainkan proyeksi untuk Pilgub 2029.

“Pokok masalahnya adalah, semua parpol sudah memproyeksikan pertarungan 2029. Jadi Cawagub 2024 adalah persiapan menjadi Cagub 2029,” ujarnya.

“Semua parpol bermanuver dengan metode pragmatisme strategis untuk memaksimalkan manfaat yang potensial bisa diperoleh,” tambahnya.

Sebelumnya diberitakan, PKS menepis anggapan Partai Nasdem yang menyebut bahwa sosok Anies Baswedan memiliki ceruk pemilih kalangan Islam hingga didukung kaum intoleran.

Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Sohibul Iman bahkan menyebut, Anies Baswedan justru habitatnya bukan berasal dari Islam.

“Pak Anies itu kan awal-awalnya sejak dia pulang dari Amerika ke sini, Pak Anies itu tidak dekat dengan partai Islam, justru dekatnya dengan NasDem dia lah yang mendeklarasikan ormas NasDem,” kata Sohibul dalam pernyataannya Minggu (21/7).

“Sebetulnya sejarah Pak Anies itu justru bukan di habitat Islam sebetulnya,” imbuhnya.

Anies kemudian rela menyesuaikan diri dengan Islam untuk kepentingan Pilgub DKI Jakarta 2017. Di mana ketika dicalonkan di 2017, Anies awalnya bersikukuh tidak mau pakai kopiah.

“Cuman ketika kemudian realita pasangan Anies-Sandi ini nomer tiga terus waktu itu, mulai dah ketika diobrolin tentang masalah peci, mau pakai peci. Setelah itu melonjak ke nomer dua,” tuturnya.