HOLOPIS.COM, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump semakin membakar semangat para pendukungnya saat ia berteriak telah menerima peluru demi berjalannya demokrasi di Amerika Serikat.
Saat menghadiri sebuah kampanye di Michigan, ia menolak dianggap sebagai ancaman untuk demokrasi dan mengatakan justru ia siap berkorban demi berjalannya demokrasi di negeri Paman Sam itu. Hal itu dibuktikan dengan kasus percobaan pembunuhan terhadap dirinya yang terjadi pada minggu lalu.
“Minggu lalu, saya menerima peluru untuk demokrasi,” kata Donald Trump, dikutip Holopis.com, Minggu (21/77).
Ia pun membantah sebagai ekstremis. Selain membela diri, Donald Trump melontarkan ejekan terhadap pesaingnya yang juga calon petahana Pemilu AS 2024, Joe Biden yang menurutnya harus dipertanyakan kemampuannya untuk menjadi presiden pada 5 tahun ke depan.
Apalagi Joe Biden saat ini sedang beristirahat dan mengabaikan Gedung Putih karena masalah kesehataannya.
“Mereka tidak tahu siapa kandidat mereka. Orang ini pergi dan mendapatkan suara, dan mereka mau ambil lagi,” jelas Donald.
Puji Presiden China Xi Jinping
Dalam kampanye nya, Donald Trump memuji Presiden China Xi Jinping yang berhasil memimpin 1.4 miliar orang di negaranya.
“Mengonrol 1.4 miliar orang dengan tangan besi,” kata Donald Trump memberikan pujian kepada presiden negara tirai bambu itu.
Tragedi penembakan Donald Trump pun membuat penggemarnya semakin terbakar semangat. Donald Trump sudah kembali hanya sekitar seminggu setelah percobaan pembunuhnya membuat pendukung Trump semakin yakin dengan pilihan mereka.
Tim pengamanan pun dikabarkan sangat ketat di dalam Van Andel Arena di Grand Rapids. Pihak kepolisian pun terlihat lebih banyak hadir dalam kampanye Trump kali ini.
Sebagai informasi, Joe Biden saat ini sedang isolasi akibat Covid-19 yang ia derita. Ia mengatakan akan tetap menjalankan tanggung jawabnya meskipun sedang masa pemulihan.
Banyak kekhawatiran muncul akibat usia Joe Biden yang sudah berusia 81 tahun. Seperti diketahui, Joe Biden semakin sering salah berbicara ketika pidato hal itu membuat orang meragukan kemampuannya untuk melanjutkan periode sebagai Presiden Amerika Serikat.