Sabtu, 14 September 2024
Sabtu, 14 September 2024
NewsEkobizBI Dinilai Perlu Tahan Suku Bunga di Level 6,25 Persen

BI Dinilai Perlu Tahan Suku Bunga di Level 6,25 Persen

HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky menilai Bank Indonesia (BI) masih perlu mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25 persen.

“Kami berpandangan BI perlu menahan suku bunga acuannya di 6,25 persen untuk bulan ini,” kata Riefky dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (17/7).

Hal tersebut didasarkan pada sejumlah hal, salah satunya karena tingkat inflasi yang masih relatif terjaga di tengah kisaran target BI, meskipun inflasi umum saat ini melambat ke level 2,51 persen (yoy) pada Juni 2024.

“Melambatnya inflasi umum disebabkan oleh turunnya harga pangan setelah musim panen dan rendahnya permintaan setelah perayaan Idul Fitri yang berakhir pada bulan April 2024,” tutur Riefky.

Secara bulanan, inflasi umum pada Juni 2024 kembali mencatatkan deflasi untuk kedua kalinya, yang bahkan lebih dalam 0,08 persen (mtm) dibandingkan dengan 0,03 persen (mtm) di bulan Mei 2024.

Riefky melanjutkan, hal lain yang menjadi dasar pertimbangan yakni sikap The Fed yang saat ini cenderung lebih lebih dovish membuat arus modal masuk ke pasar negara berkembang, dan Rupiah telah terapresiasi secara signifikan selama beberapa minggu terakhir.

Adapun saat ini, mata uang garuda itu tercatat berada di kisaran Rp 16.110 per dolar Amerika Serikat (AS), menandai adanya kenaikan sebesar 2,23 persen selama sebulan terakhir.

“Sejak awal tahun Rupiah tercatat melemah sebesar 4,65 persen (ytd) dan memiliki performa yang lebih baik ketimbang mata uang negara sejenis,” ujar Riefky.

Selain itu, Indonesia juga memiliki catatan positif terkait cadangan devisa yang meningkat sekitar 1,2 miliar dolar AS, dari yang pada bulan Mei 2024 tercatat sebesar 138,97 miliar dolar AS menjadi 130,18 miliar dolar AS pada Juni 2024.

Meningkatnya cadangan devisa dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri Pemerintah menyusul kebutuhan untuk melakukan stabilisasi nilai tukar Rupiah di bulan lalu.

Seiring dengan kondisi the Fed yang saat ini cenderung menunjukkan sinyal dovish pasca rilis data inflasi di 11 Juli lalu, arus modal mulai beralih ke pasar berkembang sejak saat ini.

Dari aspek inflasi, Indonesia memang telah melewati tekanan besar pada tingkat harga yang diakibatkan oleh beberapa faktor musiman dan kemunculan El-Nino.

Akan tetapi, beberapa lembaga iklim memproyeksi kemungkinan terjadinya La Nina di Triwulan-III 2024 dan hal ini dapat mengganggu produksi pertanian sehingga berpotensi memicu tekanan harga pangan.

“Oleh sebab itu, BI perlu tetap waspada dalam merumuskan bauran kebijakannya untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan tingkat harga domestik,” pungkasnya.

Temukan kami juga di Google News dengan klik ikon bintang. Atau kamu bisa follow WhatsApp Holopis.com Channel untuk dapatkan update 10 berita pilihan dari redaksi kami.

Baca Juga

Prabowo Gibran 2024 - 2029
Ruang Mula Indonesia

BERITA TERBARU

Lainnya
Related

Pastikan Saldo Member Aman, Indodax Klaim Punya Aset Cadangan Rp 11,5 Triliun

CEO Indodax, Oscar Darmawan memastikan saldo para member yang ada pada platform penjualan kripto miliknya aman 100%, setelah terjadinya insiden peretasan pada Rabu (11/9).

10 Saham Ini Jadi Juara Cuan Kala IHSG Pecah Rekor

Sejumlah saham mengalami lonjakan yang cukup signifikan dan masuk dalam jajaran saham top gainers di tengah lonjakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan terakhir.

Harga Pangan Naik di Akhir Pekan, Cek Rinciannya

Harga sejumlah bahan pangan, seperti beras, bawang, hingga telur ayam secara rata-rata nasional mengalami kenaikan pada perdagangan akhir pekan ini, Sabtu 14 September 2024.

Akhir Pekan, Harga Emas di Pegadaian Naik TInggi

Harga emas batangan bersertifikat yang dijual di PT Pegadaian (Persero) terpantau mengalami kenaikan yang cukup tinggi pada perdagangan akhir pekan ini, Sabtu 14 September 2024.