Holopis.com HOLOPIS.COM, JAKARTA – Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta Pemerintah Indonesia untuk segera mengambil tindakan tegas, menyusul adanya temuan kasus peredaran camilan anak asal China ilegal beberapa waktu terakhir.

“Pelakunya ini harus ditelusuri dan diproses hukum. Siapa ini yang terlibat dalam dalam pemasokan, peredaran, dan perdagangan produk ilegal,” kata Pengurus Harian YLKI, Sudaryatmo dalam keterangannya, seperti dikutip Holopis.com, Minggu (14/7).

Sudaryatmo mendesak pemerintah untuk segera menelusuri rantai pasok makanan tersebut agar kualitas hidup masyarakat tidak makin terancam. Terlebih camilan tersebut diketahui banyak beredar di kalangan anak-anak.

Ia mencontohkan, dalam kasus camilan “Hot Spicy Latiru” dan “Latiao Stripes”, dimana belasan siswa SDN Cidadap I, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat mengalami pusing, mual, dan muntah seusai menonsumsi camilan tersebut.

Kasus tersebut, katanya, merupakan anomali yang perlu dijadikan perhatian, karena Sukabumi termasuk ke dalam wilayah yang tidak termasuk dalam daerah perbatasan antar negara.

Menurutnya, kasus beredarnya makanan ilegal yang berujung pada insiden keracunan tersebut juga disebabkan oleh pengawasan dan regulasi di Indonesia yang dinilainya masih lemah, sehingga produk China yang berkualitas rendah begitu mudahnya masuk.

Untuk itu, ia pun meminta pemerintah terutama dinas terkait seperti dinas pendidikan dan kesehatan di setiap daerah untuk lebih aktif melakukan pengawasan terhadap peredaran makanan dari luar.

“Karena ini menyangkut jajanan di sekolah, mestinya pemerintah daerah khususnya dinas pendidikan dan dinas kesehatan secara periodik melakukan pengawasan ke sekolah-sekolah terhadap produk yang dijual,” ujar Sudaryatmo.

Lebih lanjut, Sudaryatmo membeberkan contoh deretan kasus yang melibatkan camilan dari China dan patut dijadikan perhatian oleh seluruh pihak, seperti adanya laporan temuan minyak goreng asal China mengandung BBM.

Diketahui hal itu dapat terjadi karena truk tangki tidak dibersihkan sesuai prosedur setelah mengangkut BBM. Cara itu dilakukan produsen dengan tujuan memangkas biaya dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat.

Pada 2023 lalu, terdapat penyelidikan terhadap bir terkemuka Tsingtao, yang kedapatan produknya tidak steril lantaran kemunculan video yang menunjukkan seorang karyawan pabrik buang air kecil pada bahan mentah untuk membuat minuman beralkohol.

Sedangkan pada 2022, raksasa pengolahan daging babi bernama Henan Shuanghui terbukti melakukan praktik kerja yang tidak higienis seperti mengemas daging yang jatuh ke lantai serta pekerja yang mengenakan seragam kotor terungkap.

“Deretan kasus tersebut pun mengingatkan skandal besar di China, ketika ditemukan kandungan melamin pada susu. Dampaknya pun membuat enam bayi tewas serta meracuni ratusan ribu anak,” ujar Sudaryatmo.