HOLOPIS.COM, MAGETAN – Sedikitnya tercatat sebanyak dua ribu jamaah tabligh se Jawa Timur berkumpul di Pondok Pesantren Al-Fatah, Desa Temboro, Kecamatan Maospati, Magetan, Jawa Timur, (13/7). Para jamaah mengikuti kegiatan di Masjid Trangkil di lingkungan Pondok Temboro – begitu publik biasa menyebut – itu hingga Minggu besok (14/7).
Para jamaah berasal dari berbagai penjuru kota di Jawa Timur seperti Surabaya, Malang, Kediri, Banyuwangi, Jember, Gresik, Madiun dan sejumlah kota lain. Selama dua hari di Ponpes yang berdiri tahun 1950 oleh K.H. Kholid Umar atau Kyai Mahmud itu, peserta dibina sebagai santri yang diproyeksikan sebagai tenaga penyuluh dan syiar keagamaan (Islam).
Direncanakan, para ulama pimpinan masing-masing para jamaah akan mengirimnya ke berbagai masjid, mushola, surau, langgar dan tempat ibadah Muslim lain sebagai jamaah I’tikaf. Mereka terpencar dan tersebar diseluruh wilayah di Jawa Timur, dengan kegiatan yang hanya terfokus pada bab keagamaan.
Salah satu tokoh agama yang membuka acara itu, K.H. Abdul Manan, pengasuh Pondok Pesantren Al-Ihksan, Ngawi, dalam pembekalan itu menekankan pentingnya tiga yang saling mendukung, guna menyempurnakan Agama Islam.
“Iman yang terjaga kuat, dengan cara senantiasa ingat dan menjalankan perintah Allah Swt. Jika iman kuat, ibadah otomatis ikut kuat. Jika iman dan ibadah kuat, maka dakwanya akan ikut kuat,” terang K.H. Abdul Manan di hadapan ribuan jamaah.
Menurut K.H. Abdul Manan, I’tikaf sendiri merupakan kegiatan keagamaan (Islam), dimana santri menetap di sebuah masjid atau tempat ibadah umat Islam. Hal itu dengan tujuan yang tidak lain, selain qurbah atau mendekat kepada Allah, dengan berbagai kegiatan yang jauh dari persoalan duniawi.
Sementara salah seorang jamaah, Ahmad Sidiq, yang mengaku berasal dari daerah Ketintang, Surabaya, mengutarakan tujuannya mengikuti kegiatan itu, agar menjadi pribadi yang lebih baik dalam beramal Islam.
“Lebih dapat berfikir untuk kehidupan yang layak secara dunia dan akhirat. Lebih fokus dalam beribadah,” tutur Ahmad Sidiq kepada jurnalis, yang mewawancarainya saat beristirahat, (13/7).
Menurut Ahmad Sidiq, ia datang dari Surabaya bersama 12 jamaah lainnya menumpang dua unit kendaraan roda empat. Dia mengaku tidak mengkhawatirkan akomodasi bab lainnya, lantaran bisa tidur bersama di masjid dan makan minum disediakan pondok.
Disebutnya, peserta dari penjuru kota di Jawa Timur yang datang mengikuti kegiatan tersebut mencapai dua ribu jamaah. Para jamaah fokus untuk mengikuti ķegiatan ibadah, tidak mewakili Parpol, Ormas, organisasi keagamaan, komunitas atau apa pun sejenisnya.
“Saya berupaya sungguh-sungguh mengikuti arahan, tuntunan dan penjelasan dari para ulama dan kyai. Supaya nanti saya bisa mengemban amanah Islam sebagai jamaah I’tikaf dengan benar, dimana pun saya ditugaskan,” harap Ahmad Sidiq.