HOLOPIS.COM, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menjelaskan perihal kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah hingga ke level paling lemahnya sejak April 2020.
Menurutnya, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut bukan hanya karena soal kondisi ekonomi domestik saja, dampak global dan domestik. Dari sisi global, pelemahan rupiah terjadi karena masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.
“Terutama berkaitan dengan ketidakpastian arah penurunan Fed Fund Rate AS, penguatan mata uang dolar AS secara luas, dan masih tingginya ketegangan geopolitik,” kata Perry dalam konferensi pers, seperti dikutip Holopis.com Kamis (20/6).
Dari faktor domestik, Perry menyebut tekanan rupiah disebabkan oleh adanya kenaikan permintaan valas oleh korporasi, termasuk untuk repatriasi dividen, serta persepsi terhadap kesinambungan fiskal ke depan.
Meski begitu, pelemahan rupiah yang terjadi saat dinilai masih lebih baik jika dibandingkan dengan pelemahan mata uang negara lain, seperti won Korea Selatan, baht Thailand, peso Meksiko, hingga yen Jepang yang melemah hingga di angka 10,78 persen.
Sebagai informasi, nilai tukar atau kurs rupiah Jisdor terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini terpantau semakin melemah. Tercatat, kurs rupiah Jisdor melemah 0,32 persen ke Rp 16.420 per dolar AS dari posisi kemarin yang berada di level Rp 16.368 per dolar AS.
Di pasar spot, kurs mata uang Garuda itu berada di level Rp 16.430 per dolar AS. Sedangkan kurs rupiah spot melemah 0,40 persen dari posisi penutupan perdagangan kemarin yang berada di level Rp 16.365 per dolar AS.