HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pemerintah tengah gencar melakukan transisi kendaraan dari bahan bakar minyak menjadi listrik. Cara ini dinilai dapat mengurangi emisi serta kemacetan yang kerap melanda kota-kota besar.
Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno saat dihubungi Holopis.com mengatakan, bahwa peralihan kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik mesti mengutamakan angkutan umum.
Hal ini supaya peralihan energi tidak hanya berdampak pengurangan emisi tetapi juga pada pengurangan kemacetan dan lebih lanjut pada penyelesaian masalah polusi udara kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta dan lainnya.
“Ini momentum, untuk memperbaiki angkutan umum dengan listrik, sekalian mengatasi kemacetan dan polusi juga. Kalau tetap fokus layani kendaraan pribadi, tetap macet, untuk apa? ” katanya.
Dikatakan Djoko, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah membeli sebanyak 552 bus listrik dalam program insentif kendaraan listrik’ sebesar Rp12,3 triliun pada dua tahun anggaran, 2023-2024.
Menurutnya, bus-bus tersebut dapat dioperasikan di 1.824 perumahan kelas menengah dan bawah di kawasan Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi untuk mengisi kekosongan layanan angkutan umum di kawasan itu hingga kemudian bisa mengatasi kemacetan, termasuk di Jakarta.
“Kalau Jakarta sudah sebagian besar terpenuhi angkutan umumnya, 88,2 persen. Jakarta sudah terjangkau angkutan umum. Makanya 552 bus listrik itu bisa dimanfaatkan untuk 1.824 perumahan kelas menengah yang masih kosong layanan angkutan umumnya di wilayah Bodetabek,” ucap Djoko.
Menurutnya, peralihan dari kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan berdaya listrik yang tidak berfokus pada angkutan umum, tidak efektif untuk mengatasi masalah kemacetan di Jakarta.
“Peralihan ke kendaraan listrik itu untuk tekan emisi gas buang. Nah, sekarang transportasi publik diganti ke listrik saja, tak hanya Jakarta, termasuk daerah lainnya. Jadi, selain emisi ditekan, kemacetan juga berkurang,” ucap Djoko.
Menurut Djoko jika pemerintah terus mendorong masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik hanya akan menambah jumlah kendaraan dan dari sisi kepadatan lalu lintas, maka hal tersebut hanya berdampak buruk.
“Jakarta itu, mengapa orang tak mau naik angkutan umum karena sudah nyaman dengan motor. Beli tiket naik motor. Beli apa-apa naik motor. Malas kita jalan. Di Indonesia atau Jakarta, motor itu predator angkutan umum. Jika beralih ke roda dua listrik atau motor listrik hanya akan bikin Jakarta tambah macet,” kata Djoko.
Dengan demikian, Djoko meminta agar pemerintah memperluas angkutan umum listrik, bukan malah mendorong masyarakat untuk membeli kendaraan listrik pribadi.
“Jumlah kendaraan bermotor ini sudah sangat banyak di Jabodetabek, tapi populasi kendaraan umum makin berkurang,” pungkasnya.