HOLOPIS.COM, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyampaikan perihal rencana pembukaan kembali penerbangan langsung antara Moskow-Bali. Rencana itu muncul usai dirinya bertemu dengan perwakilan dari maskapai asal Rusia, Aeroflot.

Adapun dalam pertemuan itu, CEO Public Joint Stock Company (PJSC) Aeroflot, Sergey Alexandrovsky menyampaikan keinginan pihaknya untuk merevitalisasi jalur penerbangan langsung antara Moskow – Bali.

Menanggapi hal itu, Airlangga menyampaikan bahwa penerbangan langsung tersebut dapat membantu meningkatkan hubungan antara kedua negara, baik dari sisi pariwisata maupun aktivitas ekspor-impor.

“Adanya penerbangan langsung dari kota-kota di Indonesia dan Rusia tentunya akan semakin mempermudah upaya kedua negara untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan serta dapat membantu arus logistik ekspor dan impor,” kata Airlangga dalam keterangan tertulisnya, seperti dikutip Holopis.com, Rabu (12/6).

Dengan demikian, rencana penerbangan langsung Rusia – Bali diharapkan dapat mendongkrak perekonomian Indonesia di masa yang akan datang.

Sebagai informasi, Aeroflot merupakan salah satu maskapai penerbangan tertua di dunia dan salah satu merek Rusia yang paling dikenal. Awalnya, maskapai yang didirikan pada 17 Maret 1923 ini merupakan perusahaan penerbangan milik Uni Soviet dan menjadi maskapai penerbangan terbesar di dunia.

Saat ini, Aeroflot adalah maskapai penerbangan nasional Rusia dan terbesar di negara tersebut. Berbasis di Bandara Internasional Sheremetyevo Moskow, Aeroflot memiliki hub internasional kedua di Krasnoyarsk.

Adapun sekarang ini, maskapai Aeroflot mengoperasikan armada modern yang terdiri dari lebih dari 350 pesawat, termasuk pesawat berbadan lebar Airbus A350 dan Boeing 787.

Maskapai ini telah melayani lebih dari 146 destinasi di 52 negara di seluruh dunia. Namun baru-baru ini, Aeroflot menghadapi beberapa masalah akibat invasi Rusia ke Ukraina.

Uni Eropa dan beberapa negara lain telah melarang pesawat Aeroflot memasuki wilayah udara mereka. Hal ini berdampak signifikan pada operasi maskapai dan menyebabkan pemutusan hubungan dengan beberapa mitra internasional.