HOLOPIS.COM, JAKARTA – Kasus tentang perundungan di sekolah kembali viral di media sosial. Kali ini, kasus perundungan atau pembullyan terjadi di sebuah sekolah dasar (SD) di Ambon.

Padahal, para murid SD terbilang masih sangat muda dan masih sangat membutuhkan bimbingan dari orang-orang dewasa di sekitarnya.

Dalam cuplikan yang viral, murid SD tersebut membentak temannya hingga menampar temannya dan membuat korban menangis histeris.

Pihak kepala sekolah pun langsung meminta maaf dan memerintahkan guru-guru untuk semakin ketat mengawasi anak-anak didik mereka.

Apa saja penyebab kasus perundungan masih sering terjadi?

1. Kurangnya Pemahaman tentang Dampaknya

Banyak siswa yang mungkin tidak sepenuhnya menyadari dampak negatif dari perilaku bully, baik bagi korbannya maupun bagi lingkungan sekolah secara keseluruhan. Kekurangan pemahaman ini dapat memicu terjadinya tindakan bullying atau perundungan.

2. Kurangnya Pengawasan dan Tindakan dari Pihak Sekolah

Kadang-kadang, sekolah juga tidak cukup aktif dalam memantau dan menangani kasus bully dengan tegas. Ini bisa karena ketidaktahuan, kurangnya sumber daya, atau bahkan sikap acuh dari pihak sekolah terhadap masalah tersebut.

3. Faktor Lingkungan dan Kelompok Sebaya

Lingkungan di sekitar siswa, termasuk kelompok sebaya, dapat memiliki pengaruh besar dalam mempengaruhi perilaku. Jika budaya sekolah atau kelompok teman sebaya menerima perilaku bully, maka hal itu dapat menjadi norma yang diterima.

4. Kurangnya Kesadaran Emosional dan Empati

Beberapa siswa mungkin belum belajar secara memadai tentang empati dan pentingnya memperlakukan orang lain dengan hormat. Kurangnya kesadaran emosional dan sosial dapat memungkinkan perilaku bully untuk bertahan.

5. Tingginya Tekanan dan Persaingan

Di beberapa sekolah, tekanan untuk berhasil dan mencapai standar tertentu dapat menciptakan lingkungan yang kompetitif dan beracun. Ini dapat mendorong perilaku bully sebagai bentuk dominasi atau penyalahgunaan kekuasaan.