HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi Analis Kebijakan Indonesia (AAKI), Trubus Rahardiansyah menyoroti lemahnya pengawasan terhadap sektor makanan dan minuman di Indonesia.

Pasalnya, banyak makanan dan minuman yang bahkan dari luar negeri masuk dan beredar luas di masyarakat. Padahal, belum diketahui pasti apakah makanan tersebut baik bagi kesehatan atau tidak.

Menurutnya, hal tersebut tak terlepas dari kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah, dimana orientasi dari kebijakan tersebut lebih kepada sisi perekonomian, ketimbang kesehatan masyarakat.

“Ini menggambarkan bahwa pemerintah itu tidak peduli (kesehatan). Semua yang dikejar sekarang pertumbuhan ekonomi,” kata Trubus dalam diskusi bertajuk ‘Memperbaiki Gaya Hidup dengan Kebijakan Berkualitas’, seperti dikutip Holopis.com, Kamis (30/5).

Hal tersebut membuat pemerintah terus berupaya untuk menarik para pemilik modal untuk bermain di pasar Indonesia. Alhasil, banyak makanan dan minuman cepat saji yang tidak diketahui pasti apakah makanan dan minuman itu baik untuk kesehatan atau tidak.

“Tentu ini makanan yang beragam ini, artinya terdiri dari apa saja itu kan gak mau tau, pemerintah menginginkan UMKM ini tumbuh, jadi yasudah makanan masuk,” ujarnya.

Dia lantas mengingatkan, bahwa di Indonesia sendiri terdapat lembaga Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang bertugas melakukan pengawasan terhadap barang konsumtif masyarakat.

Namun menurut Trubus, BPOM seakan dibuat tak berdaya oleh para pemilik modal, yang dalam hal ini juga pengusaha, karena memang minimnya anggaran di lembaga tersebut.

“Kita ini ada lembaga namanya BPOM. Karena memang anggarannya kecil ya, BPOM ini seringkali kalah dengan pemberi modal,” tuturnya.

Lebih lanjut, Trubus tak memungkiri bahwa dalam membuat kebijakan yang seimbang antara ekonomi dan kesehatan bukanlah hal yang mudah. Sebab, arah kebijakan memang sejatinya mengikuti suasana publik.

“Jadi menurut saya kebijakan harus ada penguatan ke publiknya, publik harus diberi edukasi,” tuturnya.

Trubus berharap, masyarakat khususnya generasi z bisa bersikap dewasa, sehingga bisa lebih selektif dalam memilih makanan yang akan dikonsumsinya.

“Saya harap gen z sekarang punya ketahanan diri, jadi harus cerdas memilih makanan, tidak hanya ada yang rame sampe antri,” pungkasnya.