HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka mengaku tidak ambil pusing dengan sindiran yang disampaikan Puan Maharani maupun Megawati Soekarnoputri saat Rakernas PDIP.
Dimana salah satunya mengenai ucapan Ketua DPP PDIP Puan Maharani yang menyinggung ketidakdisiplinan kader partainya. Gibran pun sebatas mengatakan berterimakasih atas sindiran yang disampaikan PDIP terhadap dirinya maupun Presiden Jokowi.
“Siap, terima kasih masukannya. Terima kasih Mbak Puan dan kepada semua pengurus DPP PDIP lainnya, terima kasih,” kata Gibran dalam pernyataannya pada Kamis (30/5) seperti dikutip Holopis.com.
Gibran juga mengatakan, Presiden Jokowi dan dirinya tidak punya masalah sama sekali dengan sikap PDIP yang tidak mau mengundang mereka ke Rakernas PDIP. Sehingga, itulah yang menjadi alasan bahwa Jokowi memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di Yogyakarta.
“Ya, karena tidak diundang, makanya ke Yogyakarta untuk liburan bersama keluarga,” imbuhnya.
Saat ditanya apakah sempat membahas tidak adanya undangan ke Rakernas PDIP dengan ayahnya, Gibran menegaskan bahwa hal tersebut tidak dibicarakan.
“Enggak bahas itu, enggak ada,” tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri tampaknya masih belum ikhlas menerima kekalahan Pilpres 2024. Hal ini tampak sekali terlihat saat memimpin Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke V DPP PDIP di Ancol, Jakarta Utara.
Dalam kesempatan itu, Megawati pun bernostalgia tentang bagaimana dirinya menjadi inisiator dari lahirnya Mahkamah Konstitusi (MK) pada tahun 2003, di mana saat itu ia adalah Presiden Republik Indonesia.
“Coba bayangkan, kok barang yang saya bikin itu digunakan tapi tidak dengan makin baik,” kata Megawati dalam pidatonya di kegiatan PDIP.
Menurutnya, dirinya adalah sosok yang paling berjasa di dalam melahirkan MK. Bahkan ia memilih kantor MK di Jalan Medan Merdeka Selatan yang menjadi salah satu zona ring satu Istana.
“Sampai waktu saya mendirikan (MK), saya sangat ingat saya minta dicarikan tempatnya, nggak tahu di daerah mana. Saya bilang ndak, ini sebuah Mahkamah Konstitusi yang harus berwibawa, hakim-hakimnya musti punya karakter kenegarawanan, sehingga dapat mengayomi seluruh hak-hak rakyat yang ada di dalam kedaulatan rakyat kita yang namanya di negara kesatuan Republik Indonesia,” ujarnya.
“Coba, makanya sampai saya cari-cari, akhirnya dapat keren tempatnya, yaitu yang saya masuk di dalam ring satu Istana. Apa artinya, dia adalah tempat yang harus dijaga. Artinya, supaya dia berwibawa, enggak gampang-gampang,” sambungnya.
Lantas, Megawati dengan wajah yang kurang senang pun mempertanyakan kepada para kadernya, kira-kira siapa yang merusak MK saat ini. Sontak, para kader PDIP pun meneriakkan nama Presiden Joko Widodo.
“Itu yang salah siapa hayo ?,” tanya Megawati. “Jokowi…!,” sambut kader PDIP.
Sayangnya, Megawati kurang gembira dengan jawaban yang dilontarkan oleh para kadernya. Sebab, menyebut nama Joko Widodo pun mereka kurang kompak.
“Mbok kalau jadi partai, katanya partai itu solid bergerak, mbok ya kalau teriak itu semua, wheeet gitu lho,” respons Megawati.
Lantas, ia pun mempersilakan kepada kader PDIP yang merasa tidak solid lagi dengan sikap partai agar ramai-ramai mengundurkan diri dari partai yang didirikannya itu.
“Kok kayaknya selalu goyang goyang. Kalau siapa yang goyang, nggak usah jadi PDI Perjuangan dah,” pungkasnya.