“Walaupun potensi penularan dari manusia ke manusia itu tetap terbuka, ya, ketika dia sedang jalan-jalan ke pasar atau melaksanakan ibadah di Masjidil Haram, di Masjid Nabawi. Penularan antar-manusia lewat droplet, ya, dari seseorang bicara, kemudian droplet-nya menyentuh ke orang yang sehat. MERS-CoV sangat berpotensi kena apabila terjadi kontak erat yang lama,” tuturnya.
Mengenai potensi penularan MERS-CoV dalam penyelenggaraan ibadah haji, Farchanny mengemukakan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah Arab Saudi, bahkan sejak pra-embarkasi atau sebelum keberangkatan jemaah ke Tanah Suci.
“Saat pra-embarkasi sudah dilakukan koordinasi yang melekat dengan Pemerintah Arab Saudi. Koordinasi ini dilaksanakan oleh Pusat Kesehatan Haji. Pusat Kesehatan Haji juga berkoordinasi dengan kami di Direktorat Jenderal P2P, khususnya dengan Direktorat Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan, karena kaitannya dengan haji,” katanya.
Menurut Farchanny, fasilitas kesehatan seperti Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) sudah dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi kasus MERS-CoV.
“Koordinasinya sudah sangat baik, persiapan-persiapan sektor kesehatan dalam kegiatan haji ini juga dilaksanakan sejak pra-embarkasi. Jadi, saya yakin Pusat Kesehatan Haji sudah menyiapkan semua fasilitas pelayanan kesehatan untuk melayani jemaah haji kita di sana, termasuk kalau ada kemungkinan temuan kasus yang gejalanya mengarah ke MERS-CoV,” ucapnya.
Edukasi kewaspadaan MERS-CoV dilakukan melalui pembekalan kepada kepala rombongan atau kepala regu serta TKHI yang ada di kloter. Mereka setiap hari akan berkoordinasi dengan petugas haji atau daker di Arab Saudi.
Sementara itu, penyuluhan mengenai MERS-CoV juga sudah dilakukan di embarkasi haji. Ketika jemaah masuk asrama haji, Balai Karantina Kesehatan yang mengelola embarkasi haji melaksanakan penyuluhan.
“Penyuluhan biasanya terjadwal tiap malam. Para kepala regu dan kepala rombongan itu dipanggil ba’da isya. Terdapat pembekalan yang bukan hanya dari tim kesehatan, ada dari Kementerian Agama juga. Pembekalan dari segi ibadah, lalu pembekalan dari sisi kesehatannya kita yang sampaikan,” jelas Farchanny.
“Dalam pembekalan ini, penyuluhan kita lakukan, khususnya untuk pencegahan. Mencegah supaya tidak terjadi atau meminimalisir potensi penularan MERS-CoV ke jemaah haji,” pungkasnya.