HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pemerintah saat ini tengah berupaya mengembangkan industri semikonduktor di Tanah Air, yang diyakini mampu memberikan dampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan pengembangan teknologi.
Namun dalam perjalananya, terdapat sejumlah hambatan. Hal ini karena menurut Menteri Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, terdapat 2 (dua) negara tidak senang dengan langkah Indonesia mengembangkan industri tersebut.
“Kita akan buat integrasi di Rempang dengan investasi US$ 12 miliar. Singapura dan Malaysia tidak senang, makanya dibuat ribut terus sama Non Governmental Organization (NGO),” kata Airlangga dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Minggu (12/5).
Airlangga lantas menceritakan, bahwa sebelumnya sudah ada perusahaan fairchild semiconductor di Indonesia. Namun karena muncul permasalahan robotisasi, perusahaan itu berpindah haluan ke Malaysia.
Hal itu membuat ekspor Malaysia didominasi oleh komoditas berbasis teknologi, Oleh karena itu, menurutnya, pemerintah Indonesia perlu mendorong agar ada perusahaan yang bergerak di bidang semikonduktor untuk membangun pabrik di Indonesia.
“Semikonduktor Indonesia baru di hilir, baru di testing sama di assembling. Kedua, kita back to basic, karena kalau kita bicara semikonduktor, kita bicara chip design. Chip design itu bahasa sederhananya bikin sirkuit elektrik dengan dua nano. Sirkuit elektrik dibuat kecil, jadi kalau kita enggak punya engineer di microelectronic atau megatronic itu sulit,” tutur Airlangga.
Mantan menteri perindustrian ini pun mengatakan, bahwa Amerika Serikat akan melibatkan Indonesia sebagai mitra dalam pengembangan semikonduktor. Selain itu, Indonesia juga melihat langkah pengembangan industri semikonduktor melalui kerja sama dengan China.
“Indonesia sudah menjadi tujuh negara yang dipersiapkan untuk semikonduktor oleh Amerika Serikat. Namun, kalau tidak dengan temannya Amerika Serikat, kita sudah siapkan semikonduktor yang berbasis awal, yaitu wafer dari Tiongkok,” tuturnya.
Dia mengatakan bahwa potensi investasi semikonduktor yang dengan nilai besar misalnya di Jerman dan Spanyol ya g masing-masing sebesar US$ 13 miliar dan US$ 3 miliar. Negara lain seperti Jepang juga memberikan subsidi untuk pengembangan industri tersebut.
“Investasi semikonduktor di Jerman itu US$ 13 miliar, di Spanyol US$ 3 miliar, di Amerika Serikat pun mereka subsidi dengan jumlah yang besar. Jepang pun subsidi, sehingga kita bersaing dengan mereka, tetapi kita on the way ke sana,” tutup Airlangga.