HOLOPIS.COM, JAKARTA – Analis politik dari Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menilai bahwa wajar ketika Partai Demokrat marah ketika Anies Baswedan diberikan peluang untuk ikut menjadi bagian dari koalisi pemerintahan Prabowo Gibran.

Menurutnya, luka di Pilpres 2024 masih sangat hangat dirasakan oleh kader dan petinggi partai berlambang mercy tersebut.

“Tentu, Demokrat akan sangat terpukul jika Prabowo rangkul Anies dalam pemerintahannya. Kan selama ini Anies dianggap telah tega mengkhianati AHY dan Demokrat,” kata Habib Syakur dalam keterangannya kepada Holopis.com, Sabtu (11/5).

Hal ini juga ia lihat dari statemen sejumlah elite Partai Demokrat yang menentang jika Anies masuk dalam kabinet. Hal ini menurutnya sama halnya dengan apa yang dirasakan oleh Partai Gelora terhadap wacana masuknya PKS (Partai Keadilan Sejahtera) untuk bergabung dalam koalisi Prabowo Gibran.

“Gelora ada antitesa dari PKS, sementara PKS adalah lawan politik mereka di Pilpres. Begitu juga dengan Anies dan Demokrat, semuanya antitesa,” ujarnya.

“Ketika dua entitas itu dirangkul, tentu ada hati yang terluka dari tubuh koalisi pengusung kemenangan Prabowo Gibran, dan itu sangat wajar ya,” sambung Habib Syakur.

Ulama sekaligus inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan ini menyarankan agar Prabowo Subianto harus memastikan bahwa politik yang hendak dibangun bukan sekadar akomodatif dalam bingkai rekonsiliasi.

“Hanya ada 2 partai yang bisa dirangkul dan tak begitu menyisakan luka mendalam. PKB dan Partai NasDem, sisanya akan punya dampak sosial politik yang bisa saja mengganggu harmonisasi pemerintahan nanti,” tuturnya.

Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa Partai Gelora menjadi salah satu bagian dari Koalisi Indonesia Maju yang sangat menentang wacana bergabungnya PKS ke koalisi pemerintahan Prabowo Gibran.

Hal ini seperti yang telah disampaikan oleh Sekjen DPP Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Mahfudz Siddiq. Menurutnya, PKS tidak punya harga diri di mata para pendukungnya jika tetap ingin merapat untuk mencari kue kekuasaan di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran.

“Jika sekarang PKS mau merapat karena alasan proses politik sudah selesai, apa segampang itu PKS bermain narasi ideologisnya? Apa kata pendukung fanatiknya? Sepertinya ada pembelahan sikap antara elite PKS dan massa pendukungnya,” kata Mahfudz, Sabtu (27/4).

Hal senada juga disampaikan Sekretaris DPP Partai Demokrat, Hasbil Mustaqim Lubis. Ia meminta agar Anies tidak mengkhianati para pendukungnya dengan ikut meminta dirangkul oleh Prabowo Subianto.

“Pak Anies Baswedan, kita semua sadar bahwa jalan politik orang itu beda-beda. Nah, jangan karena Pak Prabowo yang lalu gabung di Kabinet Pak Jokowi, lalu anda ikut bergabung di kabinet Pak Prabowo dengan berharap jadi Presiden selanjutnya. Komit saja dengan retorika perubahan anda selama ini,” kata Hasbil.