HOLOPIS.COM, JAKARTA – Peningkatan ketegangan yang signifikan di Timur Tengah dapat mendorong harga minyak dunia semakin mendidih, hingga mencapai USD100 per barel. Hal itu sebagaimana tertulis dalam laporan Commodity Markets Outlook yang dirilis Bank Dunia (World Bank) pada pekan ini.

“Gangguan pasokan yang moderat dapat meningkatkan harga rata-rata Brent tahun ini menjadi USD92 per barel,” kata laporan tersebut sebagaimana dikutip Holopis.com, Jumat (26/4).

“Gangguan yang lebih parah dapat menyebabkan harga minyak melampaui USD100 per barel, sehingga meningkatkan inflasi global pada 2024,” jelas laporan tersebut.

Jika eskalasi ketegangan di Timur Tengah berhasil dihindari pada tahun ini, harga rata-rata minyak diperkirakan masih cukup rendah, yakni mencapai USD84 per barel pada 2024.

Bank Dunia mengatakan, bahwa harga komoditas global telah menghangat, bahkan sebelum eskalasi konflik antara Iran dan Israel pecah pada beberapa waktu lalu. Kondisi ini berpotensi semakin panjangnya tren kenaikan inflasi global.

Antara pertengahan 2022 dan pertengahan 2023, harga komoditas global anjlok hampir 40 persen. Kondisi ini menjadi pendorong utama penurunan inflasi global pada periode tersebut. Namun sejak pertengahan tahun 2023, Bank Dunia mengatakan tren penurunan harga komoditas global terhenti.

“Inflasi global masih belum berakhir. Kekuatan utama disinflasi, yaitu penurunan harga komoditas menemui jalan buntu,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia, Indermit Gill sebagaimana dikutip Holopis.com.

“Ini berarti suku bunga bisa tetap tinggi tahun ini dan tahun depan,” lanjutnya.

Merespons inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, pasar keuangan telah mengurangi ekspektasi terhadap skala dan kecepatan penurunan suku bunga tahun ini.