HOLOPIS.COM, JAKARTA – Ketua bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Muhammad Cholil Nafis menyampaikan, bahwa Pendeta Gilbert Lumoindong telah mendatangi kantornya untuk menyampaikan permohonan maaf secara langsung atas kegaduhan isi khotbah minggunya beberapa waktu yang lalu.
“Pendeta Gilbert siang ini datang ke MUI untuk klarifikasi isi khutbahnya dan meminta maaf serta berjanji tak akan mengulangi kembali atas kesalahannya,” kata Cholil Nafis dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Rabu (17/4).
Atas kasus yang tengah menyeret Pendeta Gilbert tersebut, Cholil Nafis yang juga pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah Depok tersebut pun menyampaikan pesan penting, jangan sampai apa yang telah dilakukan oleh Gilbert tak terulang lagi.
“Pelajaran buat kita bahwa jangan banding-bandingkan agama,” ujarnya.
Kepada para dai, pengkhotbah dan tokoh agama untuk tidak memuat materi dakwahnya dengan menyinggung agama maupun kepercayaan orang lain, yang berpotensi memicu sakit hati dan perpecahan antar sesama anak bangsa.
Terkhusus ketika konten ceramah atau dakwahnya disiarkan secara publik seperti yang dilakukan oleh Pendeta Gilbert tersebut. Sekalipun dengan dalih, khotbah Minggu tersebut dilakukan dengan cara hybrid, yakni disampaikan kepada jemaat secara luring maupun daring.
“Dan ceramahnya lebih berhati-hati karena ketika online berarti konsumsi umum,” pungkasnya.
Namun demikian, ada salah satu netizen yang memberikan komentarnya atas kedatangan Pendeta Gilbert tersebut di kantor MUI Pusat.
“Enak banget ya, kalo setiap kasus penistaan agama bisa diselesaikan hanya dengan selembar materai?,” tulis @DaddyMinusSugar.
Ia khawatir ketika hanya sekadar maaf untuk Pendeta Gilbert, maka kasus-kasus serupa bisa saja terjadi, karena ketika viral dan menjadi perhatian publik, maka cukup meminta maaf dan menuliskan pernyataan bermaterai saja.
“Besok-besok akan banyak yang ikutan, karna tidak memiliki efek jera,” pungkasnya.
Kasus Pendeta Gilbert
Sebelumnya, di dalam sebuah khotbah terdengar materi mimbar pendeta Gilbert Lumoindong menanggapi jumlah zakat umat Islam sebesar 2,5%. Bahkan ia juga menyinggung soal umat Islam yang bersuci sebelum melakukan ibadah shalat.
Menurutnya, hal itu itu berbeda dengan Umat Kristen yang melakukan sumbangan atau sedekah wajib sebesar 10%, sehingga dalam beribadah mereka tidak perlu melakukan ritual bersuci seperti layaknya umat Islam melakukan wudhu.
“Umat Islam diajarin bersih sebelum sembahyang, cuci semuanya, saya bilang, Lu 2,5 (persen), gua 10 persen. Bukan berarti gua jorok, disucikan oleh darah Yesus,” ucap Gilbert.
Bahkan dalam sebuah video yang sama pula, Pendeta Gilbert juga memperagakan gerakan Shalat, mulai dari takbiratul ihram hingga rukuk dengan konteks bercanda, yang kemudian disambut gelak tawa jamaahnya.
“Yang paling berat terakhirnya mesti lipat kaki (tahiyat), nggak semua orang bisa. Iya kan? Kaki mesti dilipat, aiyaa… Tapi yaudahlah 2,5 (persen),” pungkasnya.