HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pendeta Gilbert Lumoindong lebih memilih menjumpai Jusuf Kalla (JK) ketimbang Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rangka untuk meminta maaf dan menklarifikasi atas kegaduhan yang ia buat.
Saat jumpa pers di kediaman JK, Gilbert pun tampak mencium tangan eks Wakil Presiden sekaligus Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) tersebut sebagai simbolik permintaan maafnya.
“Saya dengan segala kerendahan hati meminta maaf karena kegaduhan yang ada,” kata Pendeta Gilbert dalam keterangannya, Senin (15/4) seperti dikutip Holopis.com.
Dalam statemennya, tokoh Kristen asal Manado tersebut menyatakan bahwa dirinya sama sekali tidak berniat untuk menghina syariat agama Islam. Dalam hal ini soal Zakat 2,5% yang ia bandingkan dengan konsep zakat umat Kristen sebesar 10% atau perpuluhan.
Kemudian soal gerakan Shalat, di mana Gilbert menyebut wajar jika umat Islam banyak gerakan dalam shalat, sebab nominal zakatnya hanya 2,5%, tak seperti perpuluhan sehingga ibadah orang Kristen lebih menyenangkan dan sekadar nyanyi-nyanyi.
“Tidak ada niat saya untuk mengolok-olok, apalagi menghina, sama sekali tidak,” ujarnya.
Oleh sebab itu, ia pun meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi akibat Khotbah ibadah mingguan hybrid yang dijalankannya tersebut.
“Saya cium tangan ini sebagai tanda kepada umat muslim saya mohon maaf,” tukasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Jusuf Kalla pun mengaku terkejut dengan apa yang menjadi materi khotbah Pendeta Gilbert Lumoindong. Bahkan ia sempat kecewa mengapa materinya justru sangat rentan memicu polemik di Indonesia yang hidup secara heterogen.
“Saya sih terkejut, kecewa juga waktu melihat itu dan dijelaskan. Karena bagi saya, hidup di negeri yang tercinta ini kita saling menghargai satu sama lain, apa pun agama kita, kita harus toleran. Untuk (bisa) toleransi, harus saling menghargai,” kata JK.
Ia berharap kasus ini menjadi pelajaran bagi semua pemeluk agama dan para tokohnya agar tidak mengulang apa yang telah dilakukan oleh Gilbert Lumoindong, sehingga semua antar umat beragama bisa saling menghargai perbedaan.
“Agama saya, agama saya, agamamu agamamu. Kita saling menghargai, tapi tidak saling mengkritik atau pun menghina,” pungkasnya.
Sebelumnya diketahui Sobat Holopis, di dalam sebuah khotbah Minggu secara hybrid, terdengar materi mimbar pendeta Gilbert Lumoindong menanggapi jumlah zakat umat Islam sebesar 2,5%. Bahkan ia juga menyinggung soal umat Islam yang bersuci sebelum melakukan ibadah shalat.
Menurutnya, hal itu itu berbeda dengan Umat Kristen yang melakukan sumbangan atau sedekah wajib sebesar 10%, sehingga dalam beribadah mereka tidak perlu melakukan ritual bersuci seperti layaknya umat Islam melakukan wudhu.
“Umat Islam diajarin bersih sebelum sembahyang, cuci semuanya, saya bilang, Lu 2,5 (persen), gua 10 persen. Bukan berarti gua jorok, disucikan oleh darah Yesus,” ucap Gilbert.
Bahkan dalam sebuah video yang sama pula, Pendeta Gilbert juga memperagakan gerakan Shalat, mulai dari takbiratul ihram hingga rukuk dengan konteks bercanda, yang kemudian disambut gelak tawa jamaahnya.
“Yang paling berat terakhirnya mesti lipat kaki (tahiyat), nggak semua orang bisa. Iya kan? Kaki mesti dilipat, aiyaa… Tapi yaudahlah 2,5 (persen),” pungkasnya.
Setiap negara biasanya memiliki budaya masing-masing yang meriah dalam merayakan Hari Raya Natal, salah satunya…
Meskipun riasan terlihat cantik di pagi hari, bukan tidak mungkin riasan kembali kusam dan luntur…
Siapa sih yang berlum pernah nonton Home Alone? Hampir semua generasi milenial, pasti pernah menonton…
Saat membeli barang baru, tidak bisa dipungkiri kita memang menjadi senang dan ingin cepat-cepat pulang…
Home Alone 2: Lost in New York, dirilis pada tahun 1992, melanjutkan petualangan Kevin McCallister…
Ada yang berbeda pada perayaan natal keluarga Nadine Chandrawinata dan Dimas Anggara. Pada natal 2024…