HOLOPIS.COM, JAKARTA – Nabi, Rasulullah Muhammad SAW memiliki hati yang sangat lembut dan sangat dicintai oleh orang-orang di sekitarnya. Segala sifatnya yang jarang dimiliki oleh manusia biasa menjadi pembeda dengan makhluk lain di muka bumi. Nabi akhir zaman ini juga dijuluki sebagai sang pemberi pencerahan dan simbol perdamaian di muka bumi.

“Betapapun pandai dan luasnya uraian menyangkut Rasul SAW tetap saja, walau sepanjang usia kita gunakan untuk membicarakannya tetap saja ada yang tidak dapat terjangkau pengetahuan kita tentang Rasul hanya sampai untuk berkata bahwa dia adalah manusia yang teragung di permukaan bumi ini di alam raya ini,” kata K.H Quraish Shihab dikutip dari akun Youtube Pribadinya, Quraish Shihab seperti dikutip Holopis.com, Senin (15/4).

Habib Muhammad Quraish Shihab juga menjelaskan contoh yang sangat simple tetapi sangat berharga tentang pencerahan diberikan oleh Nabi Muhammad SAW ketika putranya wafat matahari gerhana karena kematian putranya dalam keadaan sedih, dalam keadaan bercucuran air mata, Nabi Muhammad SAW berkata,

“Matahari dan bulan adalah ayat – ayat Tuhan, tanda – tanda kuasa Tuhan, dia tidak gerhana karena kematian atau kehidupan seseorang kalau kalian menemukan itu, maka bersegeralah mengingat Allah SWT, bersegeralah Shalat”

Seperti yang dijelaskan pada Q.S Al-Ahzab ayat 45

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا

Artinya:
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan”.

Ayah kandung Najwa Shihab tersebut juga menjelaskan contoh sikap Nabi Muhammad SAW tentang perdamaian. Ketika Nabi Muhammad SAW bersedia menghapus 7 kata Bismi, Allahi, Ar-rahman, Ar-rahim, dan Muhammad, Rasul, Allahi pada perjanjian Hudaibiyyah. Di mana menurut satu riwayat, sahabat Ali bin Abi Thalib enggan menghapusnya.

“Kenapa kita harus menerima sesuatu yang melecehkan (agama) kita?” ujar Umar bin Khattab. Nabi Muhammad SAW menjawab: “Saya Rasulullah”.

Setelah itu, 7 kata tersebut dihapus sampai membatalkan kunjungan umroh yang bersifat sunnah itu demi mencapai dan menandatangani perjanjian itu.

“Karena itu tidak ada alasan untuk berkata bahwa agama Islam tidak menghendaki perdamaian damai ada dua macam, perdamaian seseorang dengan dirinya sendiri dan perdamaian seseorang dengan orang lain,” tuturnya.