HOLOPIS.COM, JAKARTA – Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengklaim bahwa kemenangan Israel dalam perang Gaza Palestina tinggal selangkah lagi.
Bahkan ia menegaskan bahwa Israel bersumpah tidak akan ada gencatan senjata sampai Hamas membebaskan semua sandera yang telah ditawan selama ini.
Hal ini disampaikan Netanyahu dalam pertemuan kabinet, yang menandai enam bulan masa perang sejak 7 Oktober 2023.
“Kemenangan kami tinggal selangkah lagi. Tapi, harga yang kami bayar itu menyakitkan dan memilukan,” kata Netanyahu, seperti dilansir AFP, Minggu (7/4) seperti dikutip Holopis.com.
Dalam kesempatan tersebut, Netanyahu juga mengomentari gencatan senjata, yang diperkirakan akan dilanjutkan di Kairo dengan mediator internasional.
“Tidak akan ada gencatan senjata tanpa kembalinya sandera. Itu tidak akan terjadi. Israel siap untuk kesepakatan, Israel tidak siap untuk menyerah,” tegas Netanyahu.
Dia berpendapat, tekanan internasional yang diarahkan pada Israel, hanya membuat Hamas mengokohkan posisinya.
“Komunitas internasional harus memfokuskan perhatian kepada Hamas. Ini akan memajukan pembebasan para sandera,” tutur Netanyahu.
Israel kini menghadapi badai kemarahan internasional, atas tewasnya tujuh pekerja bantuan dari badan amal makanan World Central Kitchen yang berbasis di AS, dalam serangan udara Gaza pada 1 April 2024.
Dalam pembicaraan telepon pada Kamis (4/4), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden meminta Netanyahu segera melakukan gencatan senjata segera.
Biden pun mengisyaratkan untuk membuat dukungan AS untuk Israel bersyarat, demi membatasi pembunuhan warga sipil dan meningkatkan kondisi kemanusiaan.
Sementara Netanyahu menuduh Iran, berada di balik beberapa serangan terhadap Israel melalui proxy-nya.
“Siapa pun yang menyakiti kami atau berencana menyakiti kami, kami akan balik menyakiti. Kami menerapkan prinsip ini sepanjang waktu, dan dalam beberapa hari terakhir,” ujar Netanyahu.
Ketakutan bahwa perang di Gaza dapat menyebar, meningkat setelah Iran bersumpah untuk membalas pembunuhan tujuh Pengawal Revolusi dalam serangan udara pada Senin (1/4). Sebagaimana tercantum dalam lampiran konsuler kedutaan besarnya di Damaskus.
Para pemimpin Iran berjanji untuk membalas kekejaman tersebut. Pemimpin gerakan Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon, Hassan Nasrallah menyebut serangan konsulat itu sebagai titik balik.