HOLOPIS.COM, JAKARTA – Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid menyampaikan bahwa salah satu bukti Ramadan mabrur bagi ummat Nabi Muhammad SAW adalah ketika di momentum akhir Ramadan, seseorang tersebut menjadi pribadi yang lebih bijak, tenang dan mudah tersenyum.

“Ramadan itu bulan penggemblengan. Jika kita berhasil ‘mendapatkan Ramadan’, maka kita akan jadi lebih wise, lebih tenang, tidak gampang marah, lebih peduli dengan sesama. Maka inilah esensi Ramadan,” kata Habib Syakur dalam keterangannya kepada Holopis.com, Sabtu (6/4).

Sebaliknya, ketika seseorang gagal mendapatkan Ramadannya, maka ia akan menjadi pribadi yang suka marah, tidak mudah bersabar dan cenderung abai dengan orang lain.

“Ya kan Ramadan itu hudan linnas, artinya petunjuk bagi manusia. Ketika ia gagal menjadi orang yang lebih baik, maka ia esensinya tidak mendapatkan Ramadan, dia hanya menjalankan ibadah lahir saja sepanjang bulan suci ini, batinnya belum tentu,” ujarnya.

Oleh sebab itu, di dalam momentum Ramadan seperti saat ini, ulama asal Malang Raya tersebut mengajak seluruh umat Islam untuk melakukan introspeksi diri apakah di dalam hati dan pikirannya sudah mendapatkan Ramadan atau belum.

“Mumpung masih di minggu terakhir sebelum Ramadan berakhir, yuk kita meraba diri apakah Ramadan sudah ada di hati kita atau belum. Manfaatkan minggu terakhir untuk semakin mendekatkan diri dengan Tuhan Semesta Alam, minta ridha-nya untuk mendapatkan Ramadan-Nya,” tutur Habib Syakur.

Lantas ia juga memberikan pandangannya tentang manfaat zakat. Di mana di momentum Lebaran atau Idulfitri, ada syariat Islam yang memerintahkan kepada muzakki untuk menunaikan zakat fitrah. Bahkan bagi orang-orang yang dalam katagori muzakki, membayar zakat fitrah hukumnya wajib.

Muzakki adalah orang yang memiliki kewajiban membayar zakat karena kelapangan rezeki. Ia diwajibkan membayar zakat kepada mustahiq (penerima zakat) yang diserahkan langsung, ataupun dikelola oleh lembaga amil zakat.

“Zakat ini esensinya adalah implementasi dari orang-orang yang berlapang rezeki untuk menunaikan salah satu rangkaian syariat Islam. Orang yang mendapatkan Ramadan akan lebih dermawan, peduli dengan sesama, hamba sahaya, miskin dan dhuafa. Makanya kita yang berlapang rezeki wajib membayat zakat,” terangnya.

“Nah yang masuk kategori miskin dan dhuafa ini tidak wajib mengeluarkan zakat, tapi akan menjadi penerima,” sambungnya.

Ia berdoa agar seluruh umat Islam mendapatkan Ramadan pada tahun ini.

“Insya Allah Ramadan secara batiniyah berhasil masuk meresap dan menjadi penambah spirit keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT,” pungkasnya.

Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah salah satu jenis zakat yang masuk dalam kategori sedekah yang bersifat wajib bagi yang mampu.

Syarat sah zakat fitrah adalah ;
1. Orang yang masih hidup.
2. Orang yang merdeka.
3. Mampu. Artinya, mereka memiliki makanan yang lebih untuk dirinya dan orang-orang yang berada di bawah tanggungannya.

Dalam Al-Qur’an disebutkan :

وَاَ قِيْمُواالصَّلٰوةَ وَاٰ تُواالزَّكٰوةَ وَا رْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ

“Dan laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk.”

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 43).

Dalam tafsir Kitab Jalalain karya Imam Jalaluddin disebutkan makna dari surat Al-Baqarah ayat 43.

“Dan dirikanlah salat, bayarkan zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk) artinya salatlah bersama Muhammad dan para sahabatnya. Lalu Allah Taala menunjukkan kepada para ulama mereka yang pernah memesankan kepada kaum kerabat mereka yang masuk Islam, “Tetaplah kalian dalam agama Muhammad, karena ia adalah agama yang benar!”

Disebutkan juga di dalam ayat lainnya pada QS. Al-Baqarah 2: Ayat 177

لَيْسَ الْبِرَّ اَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ وَلٰـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ وَا لْمَلٰٓئِکَةِ وَا لْكِتٰبِ وَا لنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰ تَى الْمَا لَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَا لْمَسٰكِيْنَ وَا بْنَ السَّبِيْلِ ۙ وَا لسَّآئِلِيْنَ وَفِى الرِّقَا بِ ۚ وَاَ قَا مَ الصَّلٰوةَ وَاٰ تَى الزَّکٰوةَ ۚ وَا لْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عٰهَدُوْا ۚ وَا لصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِ ۗ اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

“Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 177).