HOLOPIS.COM, JAKARTA – Hari Sandi Nasional yang diperingati setiap 4 April, menjadi tonggak kelahiran cikal bakal lembaga sandi negara yang saat ini bernama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Sebagai informasi, pada 4 April 1946, Menteri Pertahanan saat itu Amir Syarifoeddin memandang perlu adanya pengamanan komunikasi di Kementerian Pertahanan dan Angkatan Perang RI dan memerintahkan seorang dokter yang bertugas di kementerian pertahanan yaitu dr. Roebiono Kertopati untuk membentuk Dinas Kode.
Dalam perjalanannya, Dinas Kode beberapa kali mengalami perubahan nama diantaranya Djawatan Sandi (1949), Lembaga Sandi Negara (1972) dan tahun 2021 menjadi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Pada tahun 2024, BSSN sedang memperjuangkan pengusulan pendiri institusi sandi negara yaitu Mayjen TNI (purn) dr. Roebiono Kertopati (1914-1984) sebagai calon pahlawan nasional.
Rencana ini direspon Ketua Umum PB IDI, Dr.dr. Moh. Adib Khumaidi, SpOT menyampaikan apresiasi atas inisiasi BSSN serta menyatakan dukungan PB IDI atas usulan Mayjen TNI (purn) dr. Roebiono Kertopati sebagai pahlawan nasional kepada pemerintah pusat.
Dukungan PB IDI ini didasarkan alasan bahwa Almarhum Roebiono Kertopati telah mewujudkan trias peran dokter sebagaimana yang diteladankan oleh Dr Wahidin Sudirohusodo, Dr Cipto Mangunkusumo, dr Soetomo dan para dokter pendiri bangsa yaitu dokter sebagai agent of change, agent of development dan agent of treatment.
Sementara itu, Dr Muhammad Isman Jusuf, SpN dari Departemen Kajian Sejarah dan Kepahlawanan Dokter Bidang Organisasi PB IDI menyampaikan bahwa sebagai Agent of Change, Mayjen TNI (Purn) Dr Roebiono Kertopati selalu terlibat dan ikut mewarnai setiap tonggak sejarah Republik Indonesia.
“Di masa penjajahan Belanda, beliau melayani masyarakat terpencil yang mengalami gangguan kesehatan serius di Papua dan Maluku Utara. Di masa pendudukan Jepang, beliau melaksanakan tugas membantu para korban perang dan tawanan yang sakit,” jelasnya dalam keterangan yang dikutip Holopis.com, Jumat (5/4).
“Di masa revolusi fisik dan perjuangan diplomasi, beliau membuat sistem-sistem sandi untuk mengamankan komunikasi berita di medan peperangan, di dalam perundingan antara Pemerintah RI, Belanda, dan dengan PBB, pada komunikasi pemberitaan di perbatasan dan di dalam gerilya di pedalaman. Di masa kemerdekaan, selain berperan sebagai abdi sandi, beliau memiliki peran yang besar dalam pengembangan tenaga atom dan telekomunikasi di Indonesia. Pada saat terjadi peristiwa G30S/PKI, beliau ditunjuk menjadi Ketua Tim Forensik Autopsi Tujuh Jenazah Pahlawan Revolusi,” lanjutnya.
Profil Mayjen TNI (purn) Dr Roebiono Kertopati
Mayjen TNI (purn) Dr Roebiono Kertopati adalah seorang dokter kelahiran Ciamis, Jawa Barat pada 11 Maret 1914 dan merupakan alumnus Nederlands Indische Arts School (NIAS). Sebagai Agent of Development, Mayjen TNI (Purn) Dr Roebiono Kertopati telah ikut berkontribusi dalam pembangunan bangsa melalui kiprahnya sebagai Kepala Lembaga Sandi Negara pertama yang menjabat hampir 38 tahun, sejak bernama Dinas Code (1946), Djawatan Sandi (1949), Lembaga Sandi Negara (1972) hingga wafatnya pada 23 Juli 1984.
Berbagai keberhasilannya di bidang persandian membuatnya diangkat menjadi ‘Bapak Persandian Nasional.’ Selain itu beliau pernah berkiprah sebagai dosen di PTIK dan Lemhanas (1965-1966), Ketua Dewan telekomunikasi indonesia (1966) dan ketua Dewan Pengawas Pembangunan RSPAD Gatot Soebroto (1971-1978).
Sebagai Agent of Treatment, Mayjen TNI (Purn) Dr Roebiono Kertopati mendapat penugasan sebagai dokter pemerintah di Merauke pada 13 November 1941. Pada September 1944 sampai Februari 1945, beliau ditugaskan di Morotai untuk memimpin pemberantasan penyakit malaria serta bekerja di rumah sakit Eugenie merawat 400 orang laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Sejak Februari sampai Mei 1945 bertugas sebagai Service Garnizoen Art di Casino, NSV Australia dalam kesatuan DVG. Sejak Mei sampai Juli 1945 sebagai Chief Medical Depter Med. Service Rr Occopied Territory di Holandia-Nederlands Nieuw Guinea dalam kesatuan DVG.
Sejak Juli sampai Agustus 1945, Dr Roebiono bertugas sebagai Senior Medical Ovb di Morotai-Maluku Utara. Sejak Agustus 1945 Dr Roebiono ikut membantu mengurus tawanan perang dari Jepang di Jakarta dan Surabaya dalam kesatuan RAPWI (Recovery of Allied Prisoners of War and Internees). Setelah RAPWI resmi dibubarkan di tahun 1946, Dr Roebiono diangkat sebagai dokter pada Kementerian Pertahanan. Beliau juga dipercaya sebagai tim dokter kepresidenan di masa presiden Soekarno.