HOLOPIS.COM, JAKARTA – Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi nampaknya mulai pasrah dengan permasalahan harga beras di Indonesia. Bahkan ia mengatakan, bahwa harga beras di Tanah Air akan sulit turun seperti tahun lalu.

“Perhitungan kami harga akan sulit untuk kembali ke titik semula seperti setahun yang lalu,” kata Bayu dalam keterangannya, Senin (18/3) yang dikutip Holopis.com.

Sebagaimana diketahui, harga beras medium di tingkat pedagangan eceran seperti dipantau Holopis dari panel harga Bapanas, Selasa (19/3), rata-rata nasional masih berada di angka Rp14.240 per kilogram.

Sementara untuk harga beras premium di tingkat pedagang eceran, rata-rata secara nasional mencapai angka Rp16.520 per kilogram.

Bayi menyebut, terdapat banyak faktor harga beras susah turun. Salah satunya naiknya sejumlah komponen, seperti harga pupuk dan BBM yang mahal di pasar global, hingga penyempitan lahan pertanian yang membuat sewa lahan semakin mahal.

Belum lagi, kata Bayu, upah tenaga kerja, termasuk yang informal mengalami kenaikan. Padahal 50 persen dari biaya produksi pertanian, khususnya tanaman padi adalah upah tenaga kerja.

“Upah tenaga kerja itu sudah naik, UMR kan naik, upah tenaga kerja informal itu naik, jadi kemudian inflasi sudah terjadi meskipun kecil, 2 sampai 3 persen, jadi beban hidup naik sudah. Itu membuat upah tenaga kerja pedesaan juga naik,” lanjutnya.

Bayu lantas menyebut, bahwa kondisi ini tentu akan berdampak pada Harga Eceran Tertinggi (HET) beras. Namun perihal harga patokan tersebut, ia menegaskan pihaknya masih menunggu keputusan pemerintah.

“Implikasinya akan ke sana kalau kita, jadi kita tunggu saja pemerintah perhitungannya selesai,” tandas Bayu.