HOLOPIS.COM, JAKARTA – Pungurus Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan awal puasa 1 Ramadan 1445 Hijriah (H) jatuh pada hari Senin, 11 Maret 2024. Sedangkan Idul Fitri 1 Syawal 1445 H jatuh pada Rabu, 10 April 2024.
Meskipun pemerintah baru akan mengadakan sidang isbat menentukan awal Ramadan pada 10 Maret, namun awal puasa di tahun ini antara Muhammadiyah dengan pemerintah akan berbeda.
Meski begitu, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti meyakini penetapan Idul Fitri 1 Syawal 1445 H antara pemerintah dan Muhammadiyah akan sama. Dengan itu, ia pun usul agar sidang isbat penetapan Idul Fitri tahun ini ditiadakan.
“Insya Allah Idul Fitri akan bareng. Posisi hilal saat akhir Ramadan sudah di atas 8 derajat. Dengan posisi seperti itu, hilal sudah bisa dilihat jelas,” kata Abdul Mu’ti dalam acara ceramah di Desa Mindahan Kidul, Batealit Jepara, Minggu (3/3), yang dikutip Holopis.com.
“Jadi tidak perlu sidang isbat, sehingga bisa hemat anggaran,” sambungnya.
Sebagaimana diketahui, penetapan Idul Fitri antara pemerintah degan Muhammadiyah sering mengalami perbedaan. Hal ini karena perbedaan metode yang digunakan, dimana Muhammadiyah lebih cenderung melakukan hisab haqiqi.
Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menggunakan metode ru’yatul hilal, atau melihat hilal dengan mata telanjang.
“Kalau posisi hilal di atas 8 derajat, pasti semua ormas Islam akan sama dalam menentukan Idul Fitri,” kata dia.
Dalam sejarahnya, penetapan Idul Fitri sangatlah dinamis, dimana dulu pernah dinyatakan bahwa posisi hilal akan bisa dilihat dengan mata telanjang kalau di atas 2 derajat. Namun, ketentuan itu diubah menjadi di atas 4 derajat, bahkan yang terbaru di atas 6 derajat.
“Kalau ditetapkan hilal bisa dilihat di atas 4 derajat atau 6 derajat, maka akan lebih banyak perbedaannya. Nah tahun ini, di akhir Ramadan, posisi hilal sudah di atas 8 derajat, jadi harusnya hilal sudah bisa dilihat, tidak perlu sidang isbat,” jelas guru besar UIN Syarief Hidayatullah teraebut.