HOLOPIS.COM, JAKARTA – Parepare merupakan sebuah kota di Provinsi Sulawesi Selatan, yang memiliki luas wilayah 99,33 km2 dan berpenduduk sebanyak ± 140.000 jiwa, dimana sebagian besar dari penduduknya itu merupakan suku bugis beragama Islam.
Salah satu tokoh terkenal yang lahir di kota Parepare ini adalah sosok yang pernah menjadi orang nomor satu di Indonesia pada era reformasi, yakni Presiden ke-3 Republik Indonesia (RI) B.J. Habibie.
Sebagaimana dengan kota-kota lainnya, Kota satu ini juga memiliki hari ulang tahun yang diperingati setiap tanggal 17 Februari. Pada tahun ini, tepatnya pada hari ini, Sabtu 17 Februari 2024, Kota Parepare merayakan HUT yang ke-64.
Tema dan Logo HUT ke-64 Parepare
Sebagaimana dikutip Holopis.com dari unggahan di akun Instagram resmi Pemerintah Kota Pare-pare @humaskotapare-pare, tema HUT ke-64 mengusung tema ‘Menuju Kota Tujuan Investasi’.
Adapun untuk logo resmi peringatan HUT ke-64 kota kelahiran B.J. Habibie ini dapat diunduh melalui link berikut ini : link download Logo HUT ke-64 Kota Parepare.
Sejarah Kota Parepare
Diawal perkembangannya dataran tinggi yang sekarang ini, yang disebut Kota Parepare, dahulunya adalah merupakan semak-semak belukar yang diselang-selingi oleh lubang-lubang tanah yang agak miring tempat tumbuhnya semak-semak tersebut secara liar dan tidak teratur, mulai dari utara (Cappa Ujung) hingga ke jurusan selatan kota. Kemudian dengan melalui proses perkembangan sejarah sedemikian rupa dataran itu dinamakan Kota Parepare.
Lontara Kerajaan Suppa menyebutkan, sekitar abad XIV seorang anak Raja Suppa meninggalkan Istana dan pergi ke selatan mendirikan wilayah tersendiri pada tepian pantai karena hobbynya memancing. Wilayah itu kemudian dikenal sebagai kerajaan Soreang, kemudian satu lagi kerajaan berdiri sekitar abad XV yakni Kerajaan Bacukiki.
Dalam satu kunjungan persahabatan Raja Gowa XI, Manrigau Dg. Bonto Karaeng Tonapaalangga (1547-1566) berjalan-jalan dari kerajaan Bacukiki ke Kerajaan Soreang. Sebagai seorang raja yang dikenal sebagai ahli strategi dan pelopor pembangunan, Kerajaan Gowa tertarik dengan pemandangan yang indah pada hamparan ini.
Spontan, ia menyebut ‘Bajiki Ni Pare’ artinya ‘Baik dibuat pelabuhan Kawasan ini’. Sejak itulah melekat nama ‘Parepare’ Kota Pelabuhan. Parepare akhirnya ramai dikunjungi termasuk orang-orang melayu yang datang berdagang ke kawasan Suppa.
Melihat posisi yang strategis sebagai pelabuhan yang terlindungi oleh tanjung di depannya, serta memang sudah ramai dikunjungi orang-orang, maka Belanda pertama kali merebut tempat ini kemudian menjadikannya kota penting di wilayah bagian tengah Sulawesi Selatan.