HOLOPIS.COM, JAKARTA – Februari diperingati sebagai Hari PETA (Pembela Tanah Air), untuk mengenang perjuangan para pahlawan dalam perlawanan terhadap pendudukan Jepang di Indonesia.
Perlawanan muncul, karena kekejaman yang di lakukan oleh Jepang di Indonesia. Sehingga rakyat mulai melawan, termasuk tentara PETA yang terjadi di beberapa daerah antara lain di Aceh, Blitar, dan Cilacap.
Awal mula perlawanan terjadi di Aceh pada tahun 1944, di bawah pimpinan Perwira Giyugun bernama Teuku Hamid. Kemudian, di Cilacap di bawah pimpinan Budanco Khusaeri.
Perlawanan PETA juga dilakukan di Blitar terjadi pada tanggal 14 Februari 1945 di bawah pimpinan Shodanco Supriyadi, Muradi, Suparyono, Sujono, Budanco Sunanto, Sudarmo, Halir Mangkudijaya, dan Shodanco dr. Ismail sebagai sesepuh.
Jepang pun, akhirnya datangkan sejumlah pasukan dengan senjata lengkap, tank, serta pesawat tempur untuk melawan Shodanco Supriyadi. Perlawanan terus dilakukan Supriyadi, hingga terdesak dan mengundurkan diri ke lereng Gunung Kawi.
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, tanggal 18 Agustus 1945, Jepang mengeluarkan perintah untuk membubarkan kesatuan-kesatuan PETA.
Meskipun perlawanan PETA telah gagal, namun memiliki pengaruh yang sangat besar bagi semangat dan perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan.
Salah satu tokoh PETA yang berjasa bagi Indonesia adalah Jenderal Soedirman. Mantan prajurit PETA bahkan turut berperan dalam pendirian badan militer di Indonesia, seperti Badan Keamanan Rakyat yang kemudian menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).