HOLOPIS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Fadli Zon mengatakan bahwa dirinya sudah banyak pengalaman dalam pemilu sejak tahun 2009. Di mana ia terjun ke kancah politik untuk Pemilu Legislatif.
“Saya sudah kritik Pemilu sejak Pemilu 2009, Pemilu 2014, Pemilu 2019. Saya sidak soal DPT, TPS, KPU dll,” kata Fadli dalam keterangannya, Selasa (13/2) seperti dikutip Holopis.com.
Namun ia heran mengapa Bivitri Susanti, Feri Amsari hingga Zainal Arifin Mochtar alias Uceng merilis film Dirty Vote bukan di masa kampanye, akan tetapi di masa tenang pemilu.
“Lah kok ini baru sekarang bersuara di masa tenang. Bagusnya sebulan dua bulan lalu,” ujarnya.
Kemudian, ia juga mengritik ketiga tokoh tersebut yang cenderung tak getol bersuara saat Pemilu 2019 lalu, di mana banyak petugas pemilu yang meninggal dunia karena sistem pemilu serentak yang kurang melakukan kualifikasi kepada para petugas, hingga akhirnya banyak yang menghembuskan nafas terakhirnya karena faktor kelelahan dan penyakit bawaan (komorbit).
Pun demikian, Fadli menilai bahwa Pemilu 2024 cenderung lebih baik dari Pemilu 2019 dari aspek persiapan dan pelaksanaannya.
“Waktu ada yang meninggal 800an petugas di pemilu 2019, tak ada suara mereka. Tapi tak masalah. Pemilu 2024 lebih baik dari 2019. Hidup Demokrasi !,” pungkasnya.
Sekadar diketahui Sobat Holopis, bahwa film Dirty Vote dirilis oleh rumah produksi WatchDoc milik Dandy Laksono. Di sana menampilkan 3 (tiga) aktor intelektual dengan menampilkan potongan rekaman video dan informasi yang dilakukan olehh Bivitri, Feri dan Uceng.
Film tersebut rilis pada tanggal 11 Februari 2024, tepat di hari pertama masa tenang yang ditetapkan oleh KPU RI. Masa tenang ditetapkan tanggal 11 – 13 Februari 2024 untuk persiapan hari pemungutan suara hari Rabu, 14 Februari 2024 besok.
Sontak, film yang diklaim sebagai karya dokumenter tersebut mendapatkan reaksi negatif dari publik, karena dirilis pada saat masa tenang.