HOLOPIS.COM, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkap penyebab masih tingginya harga bahan pangan, khususnya harga beras saat ini. Dimana salah satu penyebabnya yakni tingginya harga di tingkat produsen.
Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey menjelaskan, bahwa para produsen menaikkan harga beli sebesar 20-25 persen. Sehingga pada akhirnya, para peritel terpaksa menjual beras dengan harga yang tinggi.
“Faktanya saat ini kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET (Harga Eceran Tertinggi) dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET,” ujar Roy dalam keterangannya yang dikutip Holopis.com, Minggu (11/4).
Roy menyebut, bahwa pihaknya di Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok.
Kenaikan harga dari produsen yang sejatinya merupakan harga dari hulu dapat menyebabkan kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern Indonesia.
Kelangkaan yang terjadi, itu lanjutnya, kemudian mampu menimbulkan panic buying atau pembelian secara berlebihan karena takut kekurangan stok di kemudian hari.
Peritel saat ini disebut mulai kesulitan mendapatkan suplai beras untuk tipe premium lokal kemasan 5 kilogram. Keterbatasan ini disebabkan karena masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024.
Selain itu, belum masuknya beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tipe medium yang diimpor pemerintah juga menjadi penyebab kelangkaan dan tingginya harga beras.
“Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat,” kata Roy.
Atas permasalahan tersebut, Aprindo meminta pemerintah untuk merelaksasi HET dan harga acuan bahan pokok lainnya agar peritel dapat membeli bahan pokok dari produsen.
Relaksasi ini bertujuan untuk mencegah kekosongan dan kelangkaan bahan pokok, terlebih pada Februari ini, para peritel mulai melakukan pembelian dari produsen guna persiapan pasokan Ramadan dan Idulfitri di gerai ritel modern.