HOLOPIS.COM, JAKARTA – Tepat pada 11 Februari, di tahun 1908, Indonesia menerima kelahiran seorang tokoh serta pemikir yang terbilang cukup andal di bidangnya, yaitu Sutan Takdir Alisjahbana.
Sutan Takdir Alisjahbana lahir di Natal, Tapanuli, Sumatra Utara, tanggal 11 Februari 1908, dan meninggal tanggal 31 Juli 1993. Jenazahnya dimakamkan di sebuah bukit di sekitar Bogor.
Sutan Takdir yang fokus kepada budayawan, sastrawan dan ahli tata bahasa Indonesia ini dikenang menjadi salah satu seorang pendiri Universitas Nasional, Jakarta.
Dengan berbagai kontroversinya, tidak bisa dikesampingkan bahwa sosok Sutan Takdir menjadi seorang pemikir paham liberal di Indonesia. Sebagai salah satu tokoh pembaharu Indonesia yang berpandangan liberal, pemikirannya yang cenderung pro-modernisasi sekaligus pro-Barat, STA sempat berpolemik dengan cendekiawan Indonesia lainnya.
Sutan pun pada kala itu sangat gelisah dengan pemikiran cendekiawan Indonesia yang anti-materialisme, anti-modernisasi, dan anti-Barat. Menurutnya, bangsa Indonesia haruslah mengejar ketertinggalannya dengan mencari materi, memodernisasi pemikiran, dan belajar ilmu-ilmu Barat.
Dari sekian banyak buku serta karangan yang telah diproduksinya, salah satu karangannya yang menjadi pemicu terjadinya polemik pada tahun 1936 dan dimuat dalam buku kumpulan karangan yang disunting oleh Achdiat K. Mihardja berjudul Polemik Kebudayaan. Selain itu, ia juga menulis masalah filsafat, seperti Pembimbing ke Filsafat (Dian Rakyat, 1945) dan Kelakuan Manusia di Tengah-Tengah Alam Semesta (Dian Rakyat, 1983).
Sutan Takdir Alisjahbana beragama Islam. Sampai akhir hayatnya ia telah beristri tiga kali. Tahun 1929 ia menikah dengan Raden Ajeng Rohani Daha. Dari pernikahannya itu, mereka memperoleh tiga orang anak, yaitu Samiati, Iskandar, dan Sofyan. Raden Ajeng Rohani Daha meninggal dunia tahun 1935. Tahun 1941 Sutan Takdir Alisjahbana menikah dengan Raden Roro Sugiarti.
Dari pernikahan itu, mereka memperoleh dua orang anak, yaitu Mirta dan Sri Artaria. Raden Roro Sugiarti meninggal dunia tahun 1952 di Los Angeles. Tahun 1993 Sutan Takdir Alisjahbana menikah lagi dengan Dr. Margaret Axer di Bonn, Jerman Barat. Dari pernikahannya itu, mereka memperoleh anak empat orang, yaitu Tamalia, Marita, Marga, dan Mario.