HOLOPIS.COM, JAKARTA – Lembaga Survei Indonesia Data Insight (id-insight) menyebut bahwa elektabilitas paslon nomor urut 03, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD berada di persentase tertinggi ketimbang dua rivalnya.
“Simulasi elektabilitas pasangan capres dan cawapres dengan model pertanyaan tertutup, pasangan Ganjar-Mahfud lebih unggul 37,8% sedangkan Prabowo Gibran 34,3% dan Anies Muhaimin 21,4%,” kata Direktur Eksekutif sekaligus Peneliti Senior di Lembaga, Indonesia Data Insight (Id-Insight), John Muhammad di Jakarta pada hari Sabtu (10/2) seperti dikutip Holopis.com.
John mencatat elektabilitas tertutup Ganjar-Mahfud jika dilakukan hari ini sebesar 35,6 persen. Sementara itu, Prabowo-Gibran di angka 33,8 persen dan Anies-Muhaimin 26 persen. Sementara itu, dalam simulasi suara hari ini, Ganjar-Mahfud memperoleh 36,8 persen. Prabowo-Gibran mampu memperoleh 33,8 persen dan Anies-Muhaimin 25,1 persen.
“Simulasi elektabilitas pasangan capres dan cawapres dengan model pengajuan surat suara, hasilnya tidakterpaut jauh dengan model pengajuan pertanyaan tertutup, dimana pasangan Ganjar Mahfud di level38,3%, Prabowo Gibran 34,8% dan Anies Muhaimin 22,3%,” Kata John.
Dalam simulasi head to head hari ini, Ganjar-Mahfud menang dengan angka 53,8 persen saat melawan Prabowo-Gibran yang hanya meraup 41,1 persen. Ganjar-Mahfud menang jauh dengan angka 61 persen saat melawan Anies-Muhaimin yang hanya memperoleh 36 persen. Sementara itu, Prabowo-Gibran menang tipis dengan angka 48,4 persen dari Anies-Muhaimin yang memperoleh 47,5 persen.
Dalam hasil survey, mereka juga mencatat sejumlah ketidakpuasan pemerintahan Jokowi-Maruf Amin. Sekitar 42,12 persen responden menilai presiden gagal menciptakan lapangan kerja; 21,21 persen menilai presiden terlibat praktik putusan MK yang menyebabkan Gibran maju sebagai cawapres; 10,52 persen presiden kurang tegas dalam pemberantasan korupsi; 6,92 persen responden tidak suka presiden karena konsisten antara pernyataan dan perbuatan; lain-lain sebesar 8,46 persen dan ketidskpuasan penuh 10,77 persen.
Selain itu, responden meyakini bahwa presiden tidak netral dan berpihak sebesar 67,2 persen sementara yang yakin tidak berpijak 24,5 persen.
Kemudian, 63,3 persen responden tidak tahu program makan siang dan susu gratis untuk anak dan 36,7 persen responden tahu program tersebut. Dari data responden tersebut, sekitar 57 persen setuju program tersebut dan 37 tidak setuju program tersebut.
Sementara itu, sekitar 42,9 persen tahu program kartu sakti sementara 57,1 persen tidak tahu program kartu sakti. Sekitar 72,3 persen setuju dengan program kartu sakti sementara 19,1 persen tidak setuju program kartu sakti.
Survei tersebut dilakukan ID Insight selama 1-8 Februari 2024 dengan melibatkan 1.200 responden. Hasilnya, margin of error (MoE) 2,83 persen.
Sebagai penanggap, analis politik sekaligus Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia Arif Nurul Imam menilai bahwa data yang disampaikan oleh John memang berbeda dengan hasil survey lembaganya. Namun data John menguatkan bahwa pemilu tidak akan berjalan satu putaran.
“Ada satu persamaan bahwa pilpres ini terbuka lebar 2 putaran,” Kata Imam menanggapi hasil survey.
Pertama, kesamaan data mereka adalah soal angka pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters) dan pemilih mengambang (swing voters) masih di angka 28-29 persen. Imam yakin angka tersebut akan bergeser kepada penantang, yang kini diyakini publik adalah pasangan Ganjar-Mahfud maupun Anies-Muhaimin.
“Semua hari ini saya kira dua kandidat itu memposisikan diri sebagai penantang dari Prabowo Subianto. Dari banyak survey dirilis kemarin atau campaign 1 putaran sangat kencang tetapi berdasarkan data saya masih peluang 2 putaran lebih besar ketimbang 1 putaran,” Kata Imam.
Kedua adalah soal kepuasan publik. Imam menyetujui temuan idninsight soal penurunan kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi. Temuan ini diyakini akan pararel dengan paslon yang didukung Jokowi. Saat ini, publik mempersepsikan Prabowo-Gibran sebagai capres yang didukung Jokowi. Meski tidak berkampanye, persepsi publik bahwa Jokowi mendukung Prabowo-Gibran cukup kuat. Hal itu berikhas kepada penurunan elektabilitas.
“Kenapa ini menjadi penting? karena antara kepuasan publik dan tingkat elektabilitas langsung atau tidak itu berkaitan erat di mana capres yang di-endorse atau didukung presiden ketika tinggi maka elektabilitas potensial naik, tapi ketika tren kepercayaan publik menurun juga potensi elektabilitas turun,” Kata Imam.
“Dampaknya adalah apakah putaran pilpres 1 putaran atau 2 putaran itu salah satu faktornya. Kalau kemudian ini dibaca oleh publik bahwa peluang pilpres masih dua putaran tentu ini akan menarik,” Kata Imam.